Di Sepak Bola, Dulu Kami Iri Lihat Kota Lain, Kini Tidak Lagi
Pesta juara Bali United berlangsung dari pagi sampai malam, melibatkan unsur air, angin, tanah, dan api. Biaya murni dari manajemen sebagai bentuk ucapan terima kasih ke suporter.
FARID S. MAULANA, Gianyar, Jawa Pos
KAMI bermotor bersebelahan. Pelan sekali. Ada ribuan orang yang bergerak bersama menuju jalur ke kantor bupati Gianyar kemarin siang (23/12) itu. Di saat matahari Bali tengah terik bersinar.
Tapi, tak sedikit pun antusiasme I Made Swardana berkurang karenanya. ’’Ayo, ikut nyanyi, ikut pesta bersama kami, masyarakat Bali,’’ kata Rute, sapaan akrabnya, kepada Jawa Pos.
Rute memboncengkan anak lelakinya yang baru berusia 10 tahun. Si buyung beratribut Bali United lengkap. Tangan kanannya memegang bendera kecil yang terus dikibar-kibarkannya sepanjang jalan. Sama antusiasnya dengan sang bapak
Yang dirayakan Rute, sang anak, dan segenap warga Bali kemarin memang gelar juara Liga 1 Bali United. Klub yang berdiri sejak 2015 itu menjadi klub asal Pulau Dewata pertama yang merengkuh trofi di kompetisi sepak bola kasta tertinggi di tanah air.
Bali pernah punya Gelora Dewata, yang raihan tertingginya adalah runner-up Kompetisi Galatama (sebelum digabung dengan Perserikatan menjadi Liga Indonesia) pada 1994. Setelah itu, klub-klub yang ada di sana, walaupun sempat menjejakkan kaki di kasta tertinggi, belum pernah mencapai prestasi tinggi lagi. Termasuk kontestan IPL (Indonesian Premier League) Bali Devata.
’’Saya, dan mungkin kami semua yang ada di sini, sempat putus asa, frustrasi, serta iri melihat kota lain merayakan juara di sepak bola. Sekarang kami tidak malu lagi, (klub) Bali pernah juara,’’ kata Kadek Mahardika Wijaya, anggota salah satu kelompok suporter Bali United.
Jadi, wajar kalau kemudian perayaan gelar Bali United demikian meriah. Demikian mewah. Dan, demikian lengkap.
Bali, pulau yang jadi destinasi wisata utama Indonesia itu, tahu benar bagaimana cara berpesta. Tidak hanya ada iring-iringan piala dan anggota skuad asuhan Stefano ’’Teco’’ Cugurra yang naik kendaraan bak terbuka. Tidak juga cuma melibatkan puluhan ribu penggemar.
Dalam merayakan pesta juara kemarin, Bali United juga mengusung 4 dari 5 unsur kosmologi dalam Hindu, agama mayoritas warga Bali. Yakni, air, angin, tanah, dan api.
Pada air dan angin, sebelum kemarin siang berparade, paginya skuad Bali United berpesta di Pantai Sanur. Menikmati indahnya pemandangan laut dengan menggunakan speedboat, jetski, dan helikopter. Di body semua kendaraan air dan udara itu terdapat lambang juara Serdadu Tridatu.
Unsur tanah diwujudkan dengan berkendaraan darat menuju pusat perayaan, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, bersama para suporter. Dengan titik start dari kantor gubernur Bali.
Rute termasuk yang datang awal di kantor gubernur, sejak sekitar pukul 8 pagi. Hanya ada puluhan orang saat itu. Satu jam selanjutnya, ratusan. Satu jam kemudian sudah ribuan. Hingga pukul 11.30, titik start parade itu seolah diselimuti Semeton Dewata, sebutan suporter Bali United.
Jawa Pos bermotor tepat di belakang skuad Bali United yang naik kendaraan bak terbuka dengan hiasan barong. Iringan musik khas Bali yang dimainkan puluhan pelajar bersahutan dengan chant-chant dari suporter.
Yang tak ikut parade berjajar di sepanjang jalan. Menyambut, melambaikan atau bertepuk tangan.
Bom asap warna-warni beserta flare pun jadi penghias lain. ’’Parkir di jalan saja, sama-sama jalan kaki menuju stadion. Sekitar 2 kilometer, tidak akan capek. Pasti Anda merasa senang melihat semuanya nanti,’’ tutur Rute kepada Jawa Pos saat jalanan terasa semakin padat.
Jangankan naik kendaraan pribadi, untuk berjalan kaki saja, harus perlahan-lahan. Itu juga belum termasuk risiko terkena kibasan bendera hingga syal yang dikibarkan beberapa suporter sepanjang perjalanan.
Di stadion telah ada sejumlah band Bali yang ikut memeriahkan pesta. Ada The Resistance, Joni Agung and DoubleT, serta Lolot Band. Pedangdut top Indonesia, Via Vallen, juga dihadirkan. Unsur api pun direalisasikan pada akhir acara berupa pesta kembang api.
Michael Orah, salah seorang pemain yang dalam dua tahun terakhir merasakan juara
Liga 1 bersama Persija Jakarta dan Bali United, mengakui bahwa Bali memang tahu cara mengadakan pesta.
’’Tahu bagaimana membuat semua orang bergembira dengan raihan klub kebanggaan,’’ katanya.
Manajer Bali United Yabes Tanuri menuturkan, manajemen memang tidak mau biasabiasa saja dalam merayakan kesuksesan di Liga 1 musim ini. Manajemen ingin memberikan pesta yang diingat sepanjang masa oleh para suporter.
’’Pesta ini untuk suporter yang setia mendukung kami sejak lima tahun lalu sampai sekarang. Suka duka dijalani bersama. Ini untuk mereka,’’ terangnya.
Walau tidak mau menyebut berapa biaya yang digelontorkan untuk mengadakan pesta mewah itu, bagi Yabes, apa yang dihadirkan kemarin tidak sebanding dengan dukungan Semeton Dewata.
’’Kami rela habis-habisan. Ini murni dari uang manajemen. Subsidi sudah habis dipakai operasional selama semusim,’’ katanya.
Di mata Mahardika, tidak ada pesta semeriah ini di luar upacara keagamaan di Bali. Semua kalangan, tua maupun muda, pria dan perempuan, bahkan mereka yang tidak asli Pulau Dewata, ikut merayakan. Ikut berbahagia.
’’Tidak ada pesta juara semeriah ini di Indonesia,’’ ungkapnya yakin.
Bagi Rute, tidak hanya meriah, pesta kemarin juga akan selamanya dia kenang. Dalam perjalanan menuju stadion, di tengah kemeriahan dan kepadatan parade, Jawa Pos sempat melihat bagaimana pria 54 tahun itu dan belasan suporter lain beberapa kali mengusap air mata.
’’Saya tidak ingin melewatkan momen ini sedikit pun,’’ katanya menjelaskan perasaan emosionalnya. ’’Ini sejarah besar bagi Bali. Mungkin orang-orang ini juga merasakan hal seperti saya,’’ lanjutnya.