Ingin Bermain Piano sampai Kapan pun
SURABAYA, Jawa Pos – Mengajar piano menjadi rutinitas Gina Indriana Laksmono sejak usianya 21 tahun. Dia melakukannya disela-sela kuliah di jurusan Akuntansi Universitas Surabaya (Ubaya). Setelah menyelesaikan kuliah, dia tak bekerja kantoran. Gina lebih memilih untuk meneruskan mengajar anak-anak menarikan jemarinya di tuts piano. Rutinitas itu digeluti Gina hingga usianya yang hampir mencapai kepala enam.
Bagi Gina, mengajar piano bukan seperti mengajar biasa, tapi lebih seperti berkarya. Hal itu diungkapkannya saat ditemui di Cherry Music House kemarin (28/12). Mengajar piano juga membuat Gina selalu dikelilingi anak-anak kecil. Bagi dia, hal itu menjadi bonus. Sebab, dia juga sangat menyukai anak-anak. Bahkan, banyak temannya yang bilang bahwa dirinya tidak terlihat seperti sudah usia 50 ke atas karena hal itu. ’’Katanya, gara-gara sering kumpul-kumpul sama anak-anak kecil, saya jadi kelihatan muda terus,’’ ceritanya dengan malu-malu.
Menggabungkan dua kesukaannya sebagai rutinitasnya sehari-hari menjadi hal spesial tersendiri. ’’Anak saya itu sampai bilang kalau mama itu beruntung banget bisa
nemuin passion mama. Katanya, hanya ada 1 persen dari 100 persen orang yang berkarya dan bekerja sesuai
passion-nya. Setelah saya pikir-pikir, kok kalau kerja sesuai passion, memang hasilnya baik,’’ terang perempuan 57 tahun itu.
Pada 2013 dan 2015, ibu dua anak itu berhasil mendapat penghargaan dari Inggris karena muridmuridnya berhasil meraih nilai tinggi dalam ujian piano. ’’Hal ini juga yang membuat saya masih terus semangat buat ngajar anak-anak sampai sekarang,’’ ucap Gina. Dari situ, jiwa kompetitifnya juga menjadi terpacu lagi. Keinginan untuk menjadikan muridmuridnya yang terbaik tentu terlintas bagi setiap guru.
Dia juga bercerita bahwa dirinya tidak ingin pensiun sampai kapan pun. Terlebih karena tempatnya mengajar ya rumah yang ditempatinya saat ini. ’’Saya
nggak mau berhenti mengajar dan bermain piano sampai... ya saya nggak bisa main lagi,’’ paparnya. Sebab, bagi Gina, piano itu sudah seperti hidupnya. ’’Tanpa piano, hidup itu jadi gimana yaa...,” tambahnya, lantas tertawa.