Jawa Pos

Ekspektasi Jangan Terlalu Tinggi

-

SHIN Tae-yong sudah mulai bertugas. Pekan ini dia sudah memimpin latihan perdana timnas U-19. Ya, selain menangani timnas senior, Shin Tae-yong diberi mandat untuk menyupervi­si timnas junior (kelompok umur). Yakni timnas U-16, U-19, dan U-23.

Ekspektasi publik terhadap sosok pelatih asal Korea Selatan (Korsel) tersebut memang sangat tinggi. Itu bisa dimaklumi lantaran Shin Tae-yong punya rekam jejak yang menawan. Baik saat masih menjadi pemain maupun pelatih. Shin Tae-yong pula yang berani menjawab tantangan PSSI saat melakukan presentasi. Pria 49 tahun tersebut berani menjanjika­n gelar Piala AFF 2020.

Wajar jika kemudian PSSI membebanka­n target yang lumayan berat. Selain gelar Piala AFF 2020, Shin Tae-yong diminta membenahi performa timnas senior di sisa laga kualifikas­i Piala Dunia 2022 yang sekaligus kualifikas­i Piala Asia 2023. Timnas harus bisa menang di tiga laga tersisa, paling tidak untuk menjaga peluang lanjut di kualifikas­i Piala Asia 2023. Target berikutnya, Shin Tae-yong harus bisa membawa timnas junior melaju sejauh mungkin di Piala Dunia U-20 tahun depan.

Target boleh dipatok. Namun, ekspektasi tak boleh terlalu tinggi. Sebab, sehebat apa pun reputasi Shin Tae-yong, dia tetap sosok yang masih hijau dalam belantara sepak bola nasional. Bahkan, pada hari pertama memantau latihan timnas U-19, Shin Tae-yong sudah menemukan banyaknya kendala untuk mengatrol performa timnas. Selain kualitas lapangan untuk latihan, Shin Tae-yong melihat lemahnya fisik dan kurangnya rasa percaya diri para pemain yang dia pantau. Situasi itu sangat kontras dengan apa yang pernah dia hadapi ketika masih menangani timnas Korsel.

Dan, ketika diminta memperbaik­i performa timnas senior di kualifikas­i Piala Dunia 2022, Shin Tae-yong justru dihadapkan pada situasi bahwa kompetisi domestik di tanah air sedang

break. Padahal, dia butuh datang ke stadion untuk memantau pemain yang sesuai dengan kebutuhann­ya. Namun, itulah kendala yang harus dihadapi Shin Tae-yong. Sesegera mungkin dia harus beradaptas­i. Ya, Shin Tae-yong harus menerima fakta bahwa saat ini dirinya bekerja di negara yang jadwal kompetisin­ya tak pernah sinkron dengan kalender FIFA.

Memang Shin Tae-yong sudah mendapat referensi dari video permainan timnas. Namun, informasi dari video itu belum tentu mewakili performa pemain timnas secara keseluruha­n. Dia tetap butuh masukan dari asisten lokal, pelatih-pelatih klub, atau pemain Korsel yang merumput di Liga 1.

Akhirnya, selamat bekerja buat Shin Tae-yong. Optimisme tetap kita sandarkan pada sosok pengganti Simon McMenemy itu. Namun, sekali lagi, ekspektasi jangan terlalu tinggi. Sebab, kualitas Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala belum teruji ketika menangani tim di luar Korsel.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia