Limbah Rumah Tangga Ubah Wajah Sungai Tambak Wedi
SURABAYA, Jawa Pos – Wajah Sungai Tambak Wedi, Kenjeran, kemarin memutih. Sebab, ada lapisan buih yang menyelimuti bagian atas air sungai. Tepatnya di dekat Rumah Pompa Tambak Wedi. Busa dengan ketebalan 1–2 sentimeter tersebut menyelimuti aliran sungai sejak sebulan terakhir. Biasanya, lapisan itu muncul saat siang.
Direktur Eksekutif Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Prigi Arisandi memprediksi, busa tebal tersebut berasal dari limbah detergen. Untuk menekan kadar limbah tersebut, Pemkot Surabaya harus mengambil beberapa langkah pasti.
Pertama, pembangunan instalasi limbah domestik komunal. Kedua, pengawasan serta pengendalian keberadaan para pelaku usaha di bidang pencucian yang menggunakan sabun. Di antaranya, laundry, cuci kendaraan bermotor, dan barang bekas. ”Kemudian, imbauan kepada masyarakat terhadap penggunaan sabun dan sampo harus sering diberikan. Boleh menggunakannya, tapi jangan terlalu berlebihan,” kata Prigi kemarin (15/1).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Eko Agus Supiadi juga menduga hal serupa. Limbah rumah tangga seperti air yang bercampur detergen bekas cucian penduduk setempat adalah biang keladi munculnya buih tersebut. Belum adanya instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) membuat limbah itu dibuang ke sungai tanpa melalui penyaringan. Untuk memastikan kebenarannya, pengecekan ke lokasi segera dilakukan.
Sebab, pihaknya harus mengetahui asal mula busa itu. Apakah disebabkan para pelaku industri laundry, pencucian kendaraan bermotor, atau murni dari aktivitas warga. ”Kemudian, apakah di sana (Tambak Wedi, Red) sudah memiliki IPAL, atau sebaliknya. Jika memang belum ada IPAL dan sangat dibutuhkan, pembuatannya bisa segera dilakukan,” ujarnya.
Pastinya, kondisi tersebut tak boleh dibiarkan. Bagaimanapun pencemaran limbah akan menimbulkan dampak negatif. Salah satunya, kerusakan lingkungan.