Jawa Pos

Dari Golf ke Sepeda

-

SURABAYA, Jawa Pos – Sejak terkena low back pain atau nyeri di bagian bawah tulang belakang empat tahun silam, Soejanto Prasetyo langsung pindah haluan olahraga. Dari yang awalnya badminton dan golf, kini banting setir ke sepeda. ”Kata dokter, penyebabny­a adalah faktor usia dan juga berat badan. Saya disarankan untuk menghindar­i olahraga yang banyak loncatnya,” tutur pria asli Madura tersebut.

Semenjak itulah, Soejanto mengurangi olahraga badminton dan rutin melakukan terapi akupunktur selama tiga bulan. ”Alhamdulil­lah sembuh. Tapi, setelah itu saya galau lagi, teman saya ada yang kena sakit jantung sehingga harus pasang ring. Saya jadi ngeri,” terangnya.

Namun, untuk benar-benar berhenti olahraga, Soejanto juga enggan. Sebab, berat badannya naik terus. Pada awal 2018, berat badan Soejanto pernah menyentuh angka 96 kg. Padahal, alumnus ITS tersebut sehari-hari hanya makan dua kali dengan porsi normal. Serta tak lupa diimbangi dengan olahraga badminton meskipun tidak sesering dulu.

Kemudian, 1,5 tahun lalu, dia bertemu dengan temannya yang hobi sepeda. ”Dia bilang kalau olahraga sepeda adalah investasi untuk masa depan. Karena bisa meningkatk­an kardio dan menjaga jantung,” papar SVP Head of Regional East Java, Bali, & Nusra Indosat Ooredoo Soejanto.

Lantas, dia pun mencoba mengikuti saran temannya untuk bersepeda. Tapi, tujuan utamanya bukan untuk diet. Melainkan menjaga jantung.

Pada pertengaha­n 2018, Soejanto kali pertama beli sepeda. ”Setelah beli, setiap pagi saya rutin sepedaan selama dua bulan, tapi belum nemu kenikmatan­nya,” terang Soejanto.

Lalu, suatu ketika, dia menemukan sebuah artikel tentang sepeda. Di situ barulah Soejanto tahu ternyata selain untuk menjaga kesehatan jantung, bersepeda bisa menurunkan kalori jika rutin dilakukan.

”Lalu, saya iseng sepedaan selama

sejam dan melihat berapa kalori yang saya bakar selama itu lewat smartwatch. Ternyata yang terbakar 300 kalori,” ucap Soejanto.

Sejak itulah, pria berusia 50 tahun tersebut berkomitme­n untuk bersepeda setiap hari dan diimbangi dengan pola makan sehat. ”Awalnya saya berhasil turun 3 kilogram. Saya senang dan mulai saat itu saya menikmati sepeda,” lanjutnya.

Seiring berjalanny­a waktu, Soejanto juga menerapkan teori diet yang dibuat sendiri. Dia menamainya diet vegan pro. Isinya menghindar­i gula, gorengan, dan memperbany­ak makan sayur serta protein. ”Tapi, kalau ternyata saya khilaf memakan makanan yang dilarang, harus dibakar kalorinya. Caranya ya dengan sepedaan,” inbuhnya.

Sepulang kerja, Soejanto selalu mengingat dalam sehari makanan apa saja. Kalau dirasa banyak mengonsums­i makanan tidak sehat, pasti dia langsung membakarny­a. ”Kalau gak bisa dibakar malam, ya besok paginya wajib dibakar (kalori, Red). Pokoknya harus disiplin,” tegasnya.

Kerja keras Soejanto dalam melaksanak­an hidup sehatnya itu terbayar. Dari yang awalnya berat badannya 96 kg, kini telah turun menjadi 80 kg.

Dalam seminggu, rata-rata jarak yang ditempuh Soejanto dalam mengayuh sepeda mencapai 80–100 km. Bahkan, kalau ke kantor, tidak jarang dia naik sepeda. ”Dengan kebiasaan saya ini, akhirnya saya bikin komunitas sendiri di kantor, namanya Wis Kulino. Gowes yes, kuliner no,” ujarnya, lantas tertawa.

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ?? ME TIME: Gaya Soejanto ketika bersepeda. Tak jarang dia juga bersepeda ke kantor.
ALFIAN RIZAL/JAWA POS ME TIME: Gaya Soejanto ketika bersepeda. Tak jarang dia juga bersepeda ke kantor.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia