Bikin Situs, Tingkatkan Daya Saing UMKM
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi Jawa Timur (Jatim). Berbagai upaya dilakukan agar para pelaku usaha akrab dengan revolusi Industri 4.0. Itu pula yang menjadi fokus Himpunan Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Hipmikimdo) Jatim.
KETUA DPD Hipmikimdo Jatim Bambang Wahyuono melaporkan, jumlah UMKM di wilayahnya sudah menyentuh angka 9,7 juta. ”Dengan jumlah sebanyak itu, tahun lalu berhasil men-support pertumbuhan ekonomi Jatim. Makanya, kami semua mendorong UMKM ini agar semakin pesat growth-nya,” tuturnya kemarin (19/1).
Untuk meningkatkan daya saing para pelaku UMKM pada tahun ini, Hipmikimdo Jatim rajin mengakrabkan mereka pada teknologi digital. Menurut Bambang, konsep digitalisasi dan kreativitas yang tinggi merupakan syarat mutlak pengembangan pasar.
”Sejak tiga bulan terakhir ini, kami mengembangkan ukmpedia.online. Website tersebut bisa dimanfaatkan semua anggota,” ujar Bambang. Saat ini jumlah anggota Hipmikimdo
Jatim sudah mencapai 2 ribu.
Namun, belum semua anggota terdaftar ke dalam ukmpedia. online. Sekarang ini baru sekitar 200 UMKM yang sudah memanfaatkan situs tersebut. Sebab, belum semua pelaku
UMKM paham tentang aktivitas komersial dalam jaringan (daring) alias online. ”Makanya, kami terus mendampingi mereka agar mau menggunakan website itu,” imbuh Bambang. Mayoritas UMKM yang terdaftar di situs milik Hipmikimdo tersebut adalah pelaku usaha kuliner. ”Kami anjurkan mereka untuk memproduksi makanan-makanan yang diminati pasar. Contohnya, healthy food,” lanjut Bambang. Tidak sekadar mengutamakan rasa produk, para pelaku usaha kuliner yang terdaftar di ukmpedia.online juga harus peduli pada syarat industri lainnya. Yakni, ada kemasan yang memadai, ada tanggal kedaluwarsa, ada BPOM, dan juga ada PIRT-nya.
Bambang juga selalu mengimbau seluruh anggota untuk berorientasi ekspor. Dari sekitar 2 ribu UMKM di bawah naungan Hipmikimdo, yang sudah pernah menjajaki pasar luar negeri baru sekitar 10 saja. Padahal, sebenarnya ada banyak yang potensial.
”Kami tak henti-hentinya mengadvokasi mereka agar terus meningkatkan kualitas produk supaya bisa diterima di market ekspor,” terang Bambang. Belakangan, Hipmikimdo mulai mendata klaster-klaster produk apa saja yang bisa melaju ke pasar ekspor. Nanti para pelaku UMKM pada klaster itulah yang didampingi sampai bisa menembus mancanegara.
Di balik potensi perkembangan UMKM yang besar, masalah biaya masih menjadi kendala.
Tidak sedikit UMKM yang sulit untuk mengembangkan bisnisnya karena terbentur dana. ”Rencananya, pemerintah tahun ini mengucurkan plafon KUR sampai Rp 200 triliun. Kami sangat berharap itu bisa terlaksana karena dampaknya pasti akan luar biasa,” tegasnya.
Selain itu, jumlah mentor yang bisa mendampingi UMKM secara langsung masih sangat sedikit. Selama ini, mayoritas pelaku usaha hanya mengandalkan pelatihan berbasis teori. Tidak ada praktik langsung di lapangan. ”Padahal, banyak UMKM yang butuh pendampingan direct setiap hari. Bukan musimnya lagi hanya di kelas, lalu pelatihan dua hari terus selesai,” ucap Bambang.