Kejar Target Lifting Migas
Tahun Ini Bakal Garap 12 Proyek
JAKARTA, Jawa Pos – Realisasi lifting migas tahun lalu meleset dari target. Sepanjang 2019, realisasi lifting migas hanya mencapai 90,5 persen atau 1,8 juta barrels of oil equivalent per day (BOEPD). Padahal, target dalam APBN 2019 mencapai 2,025 juta BOEPD. Tahun ini, pemerintah menetapkan lifting migas 1,946 juta BOEPD dengan perincian 755 ribu dari minyak dan 1,191 juta dari gas. Meski menurun dibandingkan tahun lalu, target tahun ini dinilai cukup tinggi.
Menteri ESDM Arifin Tasrif optimistis target tahun ini bakal tercapai. Dia menuturkan, Indonesia masih punya peluang besar mendongkrak lifting atau produksi siap jual minyak dan gas bumi (migas) dengan menggarap ladang baru serta mengembangkan wilayah kerja (WK) eksisting. ’’Sekarang ini kita sedang mengupayakan supaya ada pengembangan sumber-sumber (migas) baru,’’ kata Arifin di Jakarta akhir pekan lalu.
Arifin mengakui proses alamiah seperti jumlah dan waktu mengakibatkan terjadinya penurunan produksi migas dalam dekade terakhir. Kondisi itu menjadi tugas besar ketika dirinya ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. ’’Hal yang paling utama adalah bagaimana bisa meningkatkan lifting migas karena memang dalam beberapa tahun ini produksi kita menurun,’’ ujarnya. Saat ini, pemerintah memercayakan kepada Pertamina selaku perusahaan pelat merah untuk mengelola beberapa WK yang sudah berakhir masa kontraknya.
Arifin mengungkapkan, optimisme terhadap capaian target lifting migas tersebut terlihat dari 12 proyek yang ditargetkan berjalan tahun ini. Ke-12 proyek tersebut, antara lain, Bukit Tua Pashe-3 yang dikerjakan Petronas Carigali Ketapang III Ltd dengan kapasitas produksi 31,5 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Saat ini operator dalam tahapan pengerjaan engineering, procurement, dan construction (EPC). Proyek tersebut dijadwalkan berproduksi Januari 2020.
Kemudian, ada proyek Grati Pressure Lowering yang dikerjakan Ophir Indonesia (Sampang) Pty Ltd dengan kapasitas fasilitas produksi 30 mmscfd. Tahapan saat ini adalah pengerjaan EPC dan dijadwalkan berproduksi pada Maret 2020. Selanjutnya, ada proyek Buntal-5 yang dikerjakan Medco Energi dan dijadwalkan berproduksi pada Maret 2020. Sama dengan Bukit Tua Pashe-3, awalnya proyek tersebut masuk daftar onstream tahun lalu, tetapi terpaksa tak dapat beroperasi. Hal itu terjadi lantaran rig untuk pengeboran proyek tidak kunjung datang karena masih digunakan di Vietnam.
Di samping itu, pemerintah berencana menjalankan sejumlah strategi dengan memberikan insentif kepada badan usaha (BU) migas untuk mempercepat 42 rencana pengembangan (plan of development/
PoD) lapangan migas. Lalu, juga mendorong penggunaan teknologi enhanced oil recovery
(EOR) serta melegalkan pengelolaan sumur tua oleh masyarakat meski produksinya sedikit. ’’Melalui SKK Migas, pemerintah juga membuka layanan one door service policy
(ODSP) untuk merealisasikan target produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030,’’ imbuhnya.