Gotong Royong Percantik Tambak Bayan
SURABAYA, Jawa Pos – Selain kelenteng, Kampung Tambak Bayan mempersiapkan diri dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Di tengah kampung kemarin (19/1), beberapa warga terlihat sibuk membuat hiasan berbentuk tikus sesuai dengan shio tahun ini. Sebagian lagi mempersiapkan lampion. Ada juga warga yang melukis tembok dengan gambar tikus.
Warna merah dan kuning terlihat dominan di beberapa sudut kampung. ’’Karena tahun ini Tahun Tikus, simbol itu tidak boleh lepas,’’ kata Lim Kiem Hau sembari melukis. ’’Biasanya, ibuibu kumpul di rumah besar. Entah buat lampion atau boneka tikus. Yang laki-laki mengecat dan menghiasi lainnya,’’ kata Ketua RT 02 Suseno Karja kepada Jawa Pos kemarin (19/1).
Seno mengatakan, seluruh warga dari berbagai elemen saling bantu untuk menyukseskan hajatan tahunan tersebut. Tidak ada yang mengomando. ’’Biasanya ada satu yang memulai. Lalu, lainnya ikut nimbrung,’’ ungkapnya. Persiapan menyambut Imlek dilangsungkan sejak sebulan lalu. Secara swadaya, warga memenuhi sendiri kebutuhan atribut Imlek. Kemudian, atribut itu dipajang di seluruh penjuru Tambak Bayan.
Warga asli Tambak Bayan tersebut menjelaskan, tradisi membuat pernakpernik itu memang sudah turuntemurun dan terus dilestarikan. Menurut dia, ada satu hal yang membuat tradisi tersebut tetap terjaga hingga kini. Yakni, semangat toleransi antarumat beragama yang begitu kental. Bahkan, warga yang beragama Islam dan Kristen tidak keberatan membantu. Menurut dia, hal itu menjadi kekuatan dan ciri khas kampung Tambak Bayan hingga kini.
Freddy H. Istanto sependapat dengan Suseno tentang toleransi di Tambak Bayan. Dia menjelaskan, sejatinya Imlek
bukan sebuah perayaan suatu agama. Melainkan perayaan kebudayaan. Kampung, lanjut Freddy, bisa menjadi tempat ideal untuk tumbuhnya toleransi. ’’Karena relasinya dekat sehingga terbentuk bounding atau ikatan yang begitu kuat,’’ papar akademisi Universitas Ciputra itu kemarin.
Dia berharap iklim tersebut tetap terjaga di tengah-tengah megahnya zaman. Sebab, dalam kehidupan seharihari, kampung merupakan tempat yang nyata dan harus tetap terjaga. ’’Buktinya ya itu, Tambak Bayan dengan sederhananya bisa tetap menjaga toleransi,’’ paparnya.