Masih Ingat Peristiwa Tas Anjing yang Dikira Barang Antik
Suasana penuh keakraban dan gelak tawa terlihat di Dermaga Madura Timur, Koarmada II, Surabaya, kemarin (19/1). Sebanyak 121 mantan awak KRI Oswald Siahaan 354 bertemu lagi setelah tiga dekade terpisah.
SEPTIAN NUR HADI, Jawa Pos
ACARA baru dimulai pukul 09.30. Namun, sejak pagi, mereka berkumpul. Meski kondisi fisik tidak lagi gagah seperti 31 tahun lalu saat bertugas di KRI Oswald Siahaan 354, semangat mereka masih sama.
’’Banyak cerita menarik dan kenangan yang saya dapatkan dari kapal ini,’’ kata Laksamana Madya TNI (pur) Abu Hanifah.
Pria 76 tahun tersebut merupakan komandan pertama KRI Oswald Siahaan
354. Kapal perang itu sudah dianggap sebagai rumah keduanya. Total, ada 202 anggota TNI-AL yang bertugas di kapal tersebut. Mulai tingkat perwira, bintara, hingga tamtama. Bagi Hanifah, mereka adalah keluarga. Kompak dan saling peduli.
KRI Oswald Siahaan 354 kali pertama dioperasikan pada November 1988 hingga Februari 1989. Selama 65 hari, mereka mengikuti latihan militer di Belanda. Mulai pelatihan penyerangan di lautan sampai udara. Meski sekadar latihan, seluruh prajurit melakukannya dengan total. Bagaikan peperangan sesungguhnya.
’’Latihannya sangat berat. Tidak hanya melakukan peperangan di laut, tapi juga bersama TNI-AU Belanda,’’ ungkap Hanifah. Dia khawatir pasukannya tidak bisa mengikuti latihan secara maksimal. Bukan karena tidak mampu, tetapi karena mereka baru kali pertama mengikuti latihan tersebut.
Hanifah pun mengambil keputusan.
Para tentara harus rutin minum susu ditambah gula untuk mengembalikan energi mereka. Dia juga tidak hentihenti memberikan motivasi. Akhirnya, mereka berhasil menjalankan semua tahap latihan militer bersama Belanda. ’’Semuanya bisa menjalankan tugas dengan lancar dan selamat,’’ kata dia.
Setelah menjalani latihan selama 65 hari, awak KRI Oswald Siahaan 354 kembali ke Indonesia. Dalam perjalanan pulang, kapal itu singgah di berbagai negara. Di antaranya, Spanyol, Italia, Mesir, Arab Saudi, Pakistan, dan India.
Hanafi menuturkan, keberuntungan selalu dirasakan KRI Oswald Siahaan 354. Selama pelayaran, kondisi lautan aman. Nah, saat berkunjung di negara-negara itulah, banyak cerita lucu yang muncul. Namun, yang paling berkesan adalah saat mereka berburu cenderamata untuk keluarga. Khususnya untuk sang istri. Barang antik menjadi incaran para pasukan.
Singkat cerita, ada salah seorang anggota yang membeli sebuah tas antik. Tas tersebut tampak sangat bagus. Dia belum pernah melihat tas semacam itu di Indonesia. ’’Jadi, waktu sudah dibeli, pedagang tasnya tanya, ’Anjingnya mana?’ Ternyata itu tas untuk anjing,’’ cerita Hanafi disambut tawa rekan-rekannya yang mendengarkan cerita tersebut.
Mereka, rupanya, masih ingat betul kejadian tersebut. ’’Merasa kaget dan menahan ketawa, saya dan anggota saling tatap. Karena sudah telanjur dibeli, tas itu pun tetap dibawa pulang dan diberikan kepada istrinya,’’ sambungnya, lantas tertawa.
Momen istimewa tersebut juga dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji. Sebab, dulu dia juga ikut berlayar bersama kapal perang tersebut. ’’Waktu itu Pak KSAL merupakan perwira termuda di kapal tersebut,’’ ujar Hanafi.
Pernyataan itu dibenarkan Siwi. Dia mendapat banyak pelajaran berharga selama bergabung dan berlayar di KRI Oswald Siahaan 354. Kedisiplinan, perjuangan, kerja keras, kepedulian, dan kekompakan tim didapatkannya hingga berhasil menjalankan tugas sampai saat ini.
Dia meminta seluruh pasukan TNIAL bisa mencontoh dan menerapkan sikap dan perjuangan seluruh awak KRI Oswald Siahaan 354. ’’Ketika itu saya masih junior. Saya sangat bangga bisa menjalankan tugas bersama seluruh pasukan. Sebab, banyak pelajaran berharga yang diperoleh dari mereka,’’ tutur orang nomor satu di TNI-AL tersebut.