Sulit Lacak Peserta Dansa Valentine
Sumber Awal Dua Warga Depok Tertular Virus Korona Biaya Pengobatan Ditanggung Kemenkes, Bukan BPJS Kesehatan
JAKARTA, Jawa Pos – Dua warga Kota Depok yang positif Covid-19 kini diberi penyebutan kasus 1 dan kasus 2. Kondisi keduanya semakin baik setelah dirawat di ruang isolasi RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara
Presiden Joko Widodo meminta masyarakat mendoakan, memberikan dukungan, serta berempati kepada dua pasien tersebut. Dia juga sudah memerintah menteri untuk mengingatkan rumah sakit atau pejabat-pejabat pemerintah agar tidak membuka privasi pasien. ’’Kita harus menghormati kode etik. Hak-hak pribadi penderita korona harus dijaga, tidak boleh dikeluarkan kepada publik,’’ tegas presiden di beranda belakang Istana Merdeka kemarin (3/3). Presiden juga meminta media untuk menghormati privasi kedua pasien sehingga secara psikologis mereka tidak tertekan. Harapannya, mereka bisa segera pulih.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, kondisi kedua pasien membaik. Mereka tidak menggunakan slang oksigen karena tidak sesak napas. Tidak pula memerlukan infus karena tidak ada kedaruratan. ’’Dan kemudian keluhan terakhir hanya masih batuk, tidak panas sama sekali,’’ lanjutnya.
Pemeriksaan terhadap dua orang yang tinggal serumah dengan pasien sudah dilakukan. Hasilnya, mereka negatif Covid-19. Pihak Kemenkes juga terus melakukan contact tracing terhadap rekanrekan pasien yang sempat berinteraksi. Khususnya yang hadir dalam acara dansa di Jakarta pada 14 Februari atau saat perayaan Hari Valentine. Contact tracing itu memang sulit. Apalagi bagi kelompok dansa yang diikuti salah seorang pasien. Sebab, anggota kelompok tersebut lintas negara. ”Ada yang tidak tahu asalnya mana. Di sana tidak ada daftar hadirnya,” ucapnya.
Kemarin siang Kemenkes juga hampir menuntaskan pemeriksaan 155 spesimen yang dicurigai sebagai Covid-19. Dua di antaranya adalah spesimen milik kasus 1 dan 2. Dari 155 spesimen, tinggal dua yang belum selesai diperiksa. Selebihnya negatif.
Yuri, panggilan Achmad Yurianto, juga memastikan bahwa warga yang meninggal di Cianjur negatif korona. ’’Dari data kami, itu termasuk 155 yang negatif (Covid-19),’’ tuturnya. Pihaknya masih mencari tahu penyebab medis meninggalnya warga tersebut.
Terkait pemeriksaan spesimen itu pula, Yuri menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu langsung melapor dan mengklaim sebagai suspect Covid-19. ’’Kalau semua wajib lapor, ternyata hanya pilek, bagaimana nanti Indonesia ini,’’ tuturnya. Jadi, tidak bisa seseorang mengklaim punya gejala flu, lalu tiba-tiba datang ke RS minta diperiksa apakah positif atau negatif Covid-19.
Prosedur yang benar, bila sakit flu, pasien memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Dokter yang menangani akan menentukan kebutuhan perawatannya. Bila memang harus dirujuk, pasien pasti dirujuk. Pihaknya akan melakukan pendekatan dengan pihak RS yang sebelumnya menangani kedua pasien. Yuri juga mengklarifikasi perihal pasien tidak diberi tahu bahwa mereka positif Covid-19. ’’Nggak mungkin. Masak ada orang disuntik nggak diomongin,’’ sanggahnya.
Tindakan petugas medis, menurut dia, harus diinformasikan kepada pasien dan ditandatangani dalam formulir informed consent. Dia memastikan bahwa pasien sudah mengetahui hasil tesnya. Hasil tes itulah yang menjadi alasan mereka diisolasi. ’’Karena tahu, dia bersedia diisolasi,’’ imbuh pria yang juga menjabat sekretaris Ditjen P2P Kemenkes itu.
Saat ini, yang tidak kalah penting adalah kesadaran untuk tidak mengekspos data pasien. Itu adalah ranah privasi dan berlaku secara internasional. Dia mencontohkan ABK Diamond Princess yang positif Covid-19. Otoritas
Jepang hanya memberi tahu pemerintah Indonesia bahwa mereka dirawat di Kota Chiba. Bahkan, nama-namanya pun tidak bisa didapatkan saat itu.
Di sisi lain, Yuri menjelaskan bahwa di negara asalnya, Tiongkok, persebaran Covid-19 sudah menurun. Tambahan kasus dua hari lalu hanya 120, yang berarti terkecil sejak Januari. Sebaliknya, persebaran di luar Tiongkok membesar. ’’Hampir 81 persen terfokus di empat negara saja, yaitu Korsel, Jepang, Iran, dan Italia,’’ terang Yuri. Itulah problem yang dihadapi dunia saat ini, termasuk Indonesia.
Kasusnya juga bergeser. Mulai ada temuan positif Covid-19 dengan gejala klinis minimal atau bahkan tanpa gejala. Saat ini, lanjut Yuri, WHO juga meneliti lebih dalam tentang temuan itu. Polanya mirip dengan SARS yang mewabah pada 2002. Dalam 2,5 tahun, penyakit tersebut menghilang dan menjadi flu musiman.
Dia menambahkan, yang perlu hati-hati adalah gelombang kedua. Yuri mengamati bahwa sekarang sudah ada perubahan klinis dari orang yang positif Covid-19. Gejalanya minimal sehingga acap kali tidak terdeteksi thermal scanner. ”Sebarannya cepat dan banyak,” ungkapnya. Dia mencontohkan kejadian di Korea Selatan, Jepang, dan Iran yang tiba-tiba terdapat banyak kasus.
Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan, pemeriksaan suhu di bandara terdiri atas tiga lapis. ’’Pertama secara umum, kedua dideteksi individual, dan satu lagi di pesawat dari negara-negara tertentu, khususnya yang ada di zona merah,’’ terangnya di kompleks istana kepresidenan kemarin.
Mengenai pembatasan kedatangan WNA dari empat negara di luar Tiongkok, yakni Korsel, Jepang, Iran, dan Italia, Menhub menyatakan masih mempertimbangkannya. Pihaknya akan membahasnya dalam rapat di tingkat Menko. ’’Empat negara, tapi masih kemungkinan (dibatasi),’’ tambahnya.
WN Jepang Tak Terpantau Thermal Scanner
Terpisah, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta Anas Maruf enggan disebut kecolongan perihal lolosnya WN Jepang yang menjadi sumber penularan Covid-19 pada dua warga Depok, Jawa Barat. Dia menegaskan, pihaknya sudah bekerja maksimal dalam mengawasi salah satu pintu masuk Indonesia tersebut.
Menurut dia, semua orang dari negara yang ada kasus Covid-19 diawasi. Ada skrining suhu dan pengamatan gejala. Tapi, perlu diketahui bahwa virus itu punya masa inkubasi selama 14 hari. Dengan begitu, bisa jadi ketika lewat, suhu tidak tinggi dan tidak ada gejala. Tapi membawa host. ”Bukan lolos, tapi standar bandara dari WHO kan memang begitu. Kalau pas lewat sehat, boleh tetap melanjutkan perjalanan,” ujarnya. Pihaknya masih melacak rute perjalanan WN Jepang tersebut. KKP Soetta sedang meminta data dari pusat. Dengan begitu, diketahui sumber penularannya untuk kemudian dilacak pesawat yang ditumpangi dan siapa saja yang berada dalam satu pesawat. ”Orang yang dekat dengan sumber akan dikasih tahu. Tapi tidak perlu panik,” tegasnya.
Disinggung soal adanya penumpukan penumpang karena pemeriksaan yang tak optimal, Anas lagi-lagi membantah. Dia menjelaskan, saat kejadian tersebut, setidaknya ada seribu penumpang dari empat pesawat yang turun secara bersamaan. ”Kondisi ini sangat jarang terjadi,” katanya. Nah, penumpukan semakin parah ketika banyak di antara mereka yang ternyata belum mengisi health alert card (HAC). Hal itu mengakibatkan mereka mengantre untuk mengisi kartu kuning tersebut. Kartu itu wajib diisi sebagai early warning ketika yang bersangkutan tiba-tiba sakit. Anas juga menampik perihal penggunaan termometer manual untuk pengecekan suhu. ”Itu thermal gun. Kami punya 50-an. Jadi cukup,” sambungnya. Setelah diperiksa satu per satu, mereka memasuki area thermal scanner yang bisa memeriksa suhu dalam jumlah besar. Artinya, pemeriksaan suhu dilakukan dua kali.
Meski begitu, Anas akan tetap memberikan perhatian penuh terhadap masukan masyarakat. Terlebih agar penanganan lebih optimal.
Di sisi lain, persebaran SARSCoV-2 juga tengah mewabah di Benua Eropa, terutama Italia. Per Senin (2/3), Covid-19 mencapai 1.128 kasus dengan 29 kematian. Sebagian besar pasien korona terdapat di wilayah utara Italia, terutama Lombardi dan Veneto.
Direktur Eropa I Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Ida Bagus Made Bimantara memastikan, hingga saat ini seluruh WNI di sana dalam kondisi baik. ”Tidak ada WNI yang terdampak Covid-19 sejauh ini,” ujarnya.
Menurut dia, ada 2.864 WNI yang tinggal di Italia. Dari jumlah tersebut, 1.068 orang tinggal di utara Italia. Yang berada di zona merah, Lombardi, sebanyak lima orang.
Dia memastikan, Kedutaan Besar Indonesia di Roma telah proaktif menyampaikan berbagai info mengenai keamanan dan keselamatan selama di sana. Imbauan untuk menghindari 12 kota di sana pun telah disampaikan.
Pada bagian lain, pemerintah juga menegaskan bahwa biaya pengobatan pasien Covid-19 tidak akan ditanggung BPJS Kesehatan. Hal itu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) NomorHK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Korona. Berdasar kepmenkes itu, segala bentuk pembiayaan penanggulangan Covid-19 dibebankan pada pemerintah. Dalam hal ini anggaran Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan/atau sumber dana lain yang sah sesuai dengan perundang-undangan.
Kepala Humas BPJS Kesehatan M. Iqbal Anas Ma’ruf menjelaskan, jaminan pelayanan kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKNKIS) mengacu pada Perpres 82/2018 tentang Jaminan Kesehatan. ’’Saat ini menteri kesehatan telah menetapkan Covid-19 sebagai wabah atau kejadian luar biasa (KLB),’’ kata Iqbal di Jakarta kemarin.
Dia mengungkapkan, pemerintah menjamin pengobatan korona dan suspect korona menggunakan anggaran Kemenkes. ’’Sudah ada kepmenkes yang mengatur pembiayaan korona. Jadi, tidak masuk skema pembiayaan program JKN-KIS,’’ jelasnya.