Ada Yang Warnanya Mirip Gading Gajah
Desa Randugading di Kecamatan Tajinan tidak boleh dilewatkan dari daftar penghasil durian asal Kabupaten Malang. Di sana aneka durian lokal tumbuh subur. Budi daya juga getol dilakukan.
POHON durian ibarat tanaman” wajib” bagi mayoritas warga di Randugading. Di hampir semua pekarangan rumah maupun kebun milik para penduduk pasti ada pohon itu.
Umumnya, pohon durian berdampingan dengan pohon nangka dan duku. Sebab, bagi warga, selain ditunggu buahnya, pohon durian mempunyai fungsi lain. Yakni, menjadi” pagar hidup” alias pembatas lahan mereka.
Awalnya, budi daya yang dilakukan warga sangat manual. Pohon-pohon itu tumbuh secara alami. Tak ada perawatan khusus. Kebanyakan adalah durian lokal.
Karena itu pula, durian-durian lokal tersebut tidak memiliki nama khusus. Warga menamainya sesuai bentuknya. Untuk buah yang besar dan lonjong, mereka menyebutnya durian bajul. Sementara itu, durian lain hanya disebut durian jowo atau durian biasa. ”Memang dari dulu tidak ada nama khusus. Hanya disebut durian jowo,” ujar Kasun Rambakan, Desa Randugading, Hani Siswanto.
Di luar itu, ada satu varietas lokal asal Randugading yang tergolong spesial. Mayoritas warga desa membudidayakannya karena sejumlah keunggulan. Mereka menamainya durian gading.
Nama itu disesuaikan dengan warna buah dan dagingnya, sama-sama kuning bak gading gajah. Meski ukurannya relatif kecil, tekstur daging buah yang lembut dan rasanya yang manis legit membuat durian itu banyak diminati.
Dalam perkembangannya, beragam varietas durian saat ini juga sudah dibudi daya warga. Mulai durian montong, bangkok, hingga bawor.
Selain warga, pemangku kebijakan di desa itu getol mengembangkan pembibitan durian. ”Kami memberikan bantuan sekitar 500 bibit pohon durian unggul kepada warga beberapa tahun lalu. Harapannya, selain pohon durian lokal, Randugading bisa menjadi sentra durian,” kata Kepala Desa Randugading Budi Sasmito.