Wimbledon dan 100 Besar WTA
Priska Madelyn Nugroho mencatatkan namanya sebagai salah seorang juara grand slam. Bersama Alexandra Eala (Filipina), dia memenangi Australia Terbuka 2020 di sektor ganda putri junior. Mengulang prestasi Angelique Widjaja 18 tahun silam. Apa target dia selanjutnya?
BERSERI-SERI selalu wajah Priska Madelyn Nugroho jika diajak ngobrol soal pengalamannya mengikuti Australia Terbuka 2020. Gadis kelahiran Jakarta, 29 Mei 2003, itu mengingat, perjuangan dirinya dan Alexandra Eala sungguh tak mudah. Sejak babak pertama, mereka mendapat lawan yang tangguh. Pada dua babak awal, mereka selalu menang lewat super-tiebreak.
Lalu, pada perempat final, Priska/ Eala menang tipis atas Aubane Droguet/Selena Janicijevic. Yang paling sulit, menurut dia, adalah semifinal melawan Kamilla Bartone/Linda Fruhvirtova. Dalam dua set, kedudukan imbang 1-6 dan 7-5. Lagi-lagi, mereka harus menempuh super-tiebreak.
’Nah, di semifinal itu sempat ketinggalan match point. Tertinggal 1-7,4-8disuper-tiebreak.Kemudian bisa menang 10-8. Itu sangat emosional,’ tutur Priska ketika ditemui di rumahnya Selasa lalu (25/2). Mereka akhirnya menang 1-6, 7-5, 10-8. ’’Dari awal lawannya sudah berat.Nah,disemifinalitulawannya unggulan pertama,’ papar dia.
Menjuarai Australia Terbuka Junior adalah buah dari perjuangan Priska menekuni tenis sejak usia 4 tahun. Saat itu dia ikut-ikutan kakaknya, Patrick, yang masuk Kemayoran Tennis Centre (KTC). Iseng saja. Kadang membantu memunguti bola. Namun, ada pelatih yang melihat bakatnya. Dia ditawari berlatih. Di usia 7 tahun, dia sudah mengikuti kejuaraan dan juara.
Priska memulai karir internasional pada 2016. Dia terjun pada turnamen ITF grade 5. Langsung masuk perempat final. Sejak saat itu, dia sering mengikuti berbagai kejuaraan ITF untuk mengumpulkan poin.
Prestasinya dilirik ITF. Priska mendapat bantuan finansial untuk mengikuti grand slam. Dia masuk tim Grand Slam Development Fund (GSDF). Hingga kini, Priska sudah lima kali terjun di grand slam. Sebelum Australia Open 2020, dia mengikuti semua seri grand slam pada 2019.
Berkat capaian sepanjang tahun lalu, Priska direkrut masuk pelatnas SEA Games 2019. Dia cukup bikin kejutan. Pemain peringkat ke-16 ITF itu nyaris menembus final sektor tunggal. Sayang, di semifinal, dia tak sanggup melanjutkan pertandingan karena sakit. Nah, setelah menjuarai grand slam
junior, Priska berani memancang target lebih tinggi di masa depan.
’’Aku ingin masuk top 10 pro dan menembus top 100 WTA. Lalu ke Wimbledon lagi. Karena itu turnamen yang aku incar sejak kecil. Atmosfer di sana sangat berkesan dan beda dengan yang lain,’’ ungkap dia. ’’Di Wimbledon, main single udah bisa mencapai perempat final. Jadi, tahun ini (targetnya) bisa mencapai semifinal di Wimbledon dan US Open,’’ lanjut bungsu dua bersaudara itu.
Priska menambahkan, sebenarnya prestasinya saat bermain tunggal lebih bagus daripada ganda. Dalam tiga grand slam sepanjang 2019, dia selalu bermain rangkap.
’’Masih junior, jadi mencoba duaduanya. Nanti saat senior baru mulai fokus,’’ ucap putri pasangan Albert Nugroho dan Emiliana itu.
Yangterdekat,Priskaakanberlaga pada Fed Cup grup I zona Asia/ Oseania.BersamaAldilaSutjiadidan Janice Tjen. Priska berharap bisa bermainmaksimaldalamFedCup pertamanya.’Pastinyalawanbagus dan top 100 semua. Target pribadi sih, aku nggak terbayang mau melawan siapa. Aku mencoba yang terbaik, nothing to lose,’ imbuhnya.
Ayah Priska, Albert, mendukung penuh karir putrinya. Dalam keluarganya memang tidak ada latar belakang atlet. Namun, dia selalu proaktif untuk kemajuan karir Priska. Setelah Fed Cup, dia telah mendaftarkan putrinya ke turnamen level USD 15.000 dan USD 25.000 di Mesir dan Turki. Plus, grand slam Prancis Terbuka dan Wimbledon.
’’Bukan hanya orang tua, tapi mungkin juga PP Pelti dan komunitas tenis di Indonesia berharap Priska bisa naik kelas ke level profesional. Sehingga ada yang bisa berprestasi lagi,’’ papar Albert. ’’Kami masih berproses. Mudah-mudahan Priska bisa berproses untuk berprestasi lagi,’’ harap dia.