Jawa Pos

Raja Buah dari Pesisir Pantai

Madura tak hanya dikenal akan garam atau hasil lautnya. Pulau itu ternyata juga menyimpan segudang durian potensial. Tak sedikit yang berpotensi jadi varietas unggul.

-

TAK salah jika banyak yang sangsi kalau Madura bisa jadi ’’rumah tumbuh’’ aneka buah-buahan. Termasuk sang raja buah, durian. Maklum, berstatus daerah pesisir, pulau di sisi timur Jawa itu didominasi dataran rendah.

Contohnya, wilayah Bangkalan. Kabupaten yang terletak di sisi barat Madura itu memiliki ketinggian rata-rata 0–50 meter dari permukaan laut. Sebanyak 70 persen wilayahnya berada di garis pantai. Sekilas tak cocok dengan durian yang mayoritas tumbuh di dataran tinggi.

Tapi, jangan salah, pohon durian ternyata bisa tumbuh subur di sana. Bahkan, buah yang dihasilkan mampu mengunggul­i durian dari dataran yang lebih tinggi. Sejumlah varietas lokalnya memiliki rasa yang khas dan istimewa.

Dusun Durinan, Desa Sobih, Kecamatan Burneh, merupakan salah satu wilayah penghasil utama durian. Di sana tak sulit menemukan pohon durian. Sebagian besar memiliki usia yang cukup tua. ”Rata-rata sudah lebih dari dua generasi. Bahkan, ada yang empat hingga lima generasi,” ujar Kepala Dusun Durinan Saruji.

Sebagian besar pohon itu tumbuh di pekarangan warga. Banyak yang berada di halaman depan atau belakang rumah. Berbeda dengan tempat lain yang biasanya terpisah dengan rumah. Pohon-pohon durian tersebut berbaur dengan pohon lain. Di antaranya, rambutan, melinjo, daun salam, dan hutan bambu.

Beberapa durian dari pohon-pohon milik warga di sana memiliki keunggulan. Misalnya, durian budak yang dibudidaya­kan Alfia. Durian itu berasal dari pohon berdiamete­r 70 sentimeter. Dari sisi fisik, durian budak tak jauh beda dengan varietas lokal lain. Ukuran buahnya handy karena tidak terlalu besar.

Namun, yang membuat durian itu begitu istimewa adalah ’’ dalaman nya ’.’ Daging buahnya kuning, juringnya dalam, dan dagingnya gemol. Rasanya manis legit dengan diimbangi pahit tipis nan menggoyang lidah. Selain itu, ada rasa gurih tipis yang membuat lidah tidak jenuh.

Tekstur durian tersebut cenderung creamy. Namun, bagian luarnya tetap kering karena ada selaput daging yang menyelimut­i. ’’Dulu, buahnya besar-besar. Tapi, lama-kelamaan ukurannya mengecil,’’ kata Alfia.

Untuk perawatan, Alfia menyebut tidak ada yang spesial. Pohon-pohon itu dibiarkan tumbuh dengan alami. Bahkan, dalam setahun, pohon tersebut hanya dipupuk satu kali. Memakai pupuk kandang.

Jika di daerah lain banyak pohon yang musim panennya mundur karena anomali cuaca, hal itu tidak berlaku bagi durian budak maupun varietas lain di Madura. Sejak November lalu, durian-durian di sana berjatuhan alias sudah matang. Masa panen diprediksi berlangsun­g hingga bulan ini.

 ?? ILUSTRASI: WAHYU KOKKANG/JAWA POS ??
ILUSTRASI: WAHYU KOKKANG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia