Luapkan Kemarahan dan Bicara Kematian
JAKARTA, Jawa Pos – Garis polisi terpasang di rumah bernomor 41, Jalan B2 Dalam, Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Di situlah NF, remaja perempuan berusia 15 tahun tersangka pembunuhan bocah 6 tahun, APA, tinggal. Jaraknya dengan rumah korban hanya berselisih satu rumah.
Kendati bertetangga, cara pelaku menghabisi korban itu sangat keji. Kamis (5/3) pukul 16.00 tersangka memanggil korban untuk bermain. Lalu, tersangka mengajak ke kamar mandi. Korban diminta mengambil mainan di dalam bak. Saat itulah pelaku mendorong kepala korban dan menenggelamkannya selama lima menit. Tersangka juga mencekik leher korban.
Setelah tak berdaya, korban dibawa ke lantai 2 kamarnya. Korban lalu diikat dan dimasukkan ke lemari. Niat awal pelaku hendak membuang jenazah. Namun, lantaran sudah sore, NF memutuskan menyimpan jenazah itu di lemari.
Keesokan pagi, NF melapor ke Polsek Tamansari. Dia mengaku melakukan pembunuhan. Polisi melimpahkan kasus itu ke Polsek Sawah Besar. Setelah itu, mereka mendatangi TKP. Di lemari kamar NF tersebut ditemukan jasad APA.
Kartono, ayah korban, tidak menduga anak bungsunya menjadi korban pembunuhan sadis. Kamis malam dia bersama warga bersamasama mencari APA. ”Saat mendengar anak hilang, posisi saya masih bekerja. Saya langsung pulang,” ujar Kartono yang ditemui di kediamannya kemarin siang (7/3).
Pencarian dilakukan di sekitar lingkungan itu. Termasuk ke rumah kosong. Namun, hasilnya nihil. Warga juga sempat ke rumah NF. Lantaran hanya dicari di lantai bawah, APA tidak ditemukan. ”Karena (APA, Red) tidak juga ditemukan, sekitar pukul 23.00 saya melapor ke polsek. Lalu, keesokan harinya saya mencari lagi. Tiba-tiba saat saya pulang ke rumah, sudah banyak polisi di sini. Namun, saat itu saya belum kepikiran macammacam,” ungkap pria yang sehari-hari bekerja di sebuah bengkel di Matraman, Jakarta Timur, tersebut.
Ternyata, polisi datang membawa kabar duka. APA ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Kartono syok berat. Dia menyebut putrinya jarang berinteraksi dengan tersangka. ”Anak saya lebih sering main dengan adik tersangka. Mereka seumuran,” ucap pria 40 tahun tersebut.
Kartono menerangkan, NF dikenal sebagai anak yang jarang bergaul. Sepulang sekolah, dia lebih sering menghabiskan waktu di rumah. ”Kalau anak saya suka main. Makanya, waktu dapat berita dia hilang, saya pikir dia main ke jalan raya untuk mengikuti pengamen ondelondel,” ujar Kartono.
Neni, salah seorang warga, menambahkan bahwa NF merupakan sosok pendiam. ”Saya kenal dia dari kecil. Mungkin karena dia broken home. Orang tuanya cerai. Dia sekarang tinggal bersama ibu tiri,” ucapnya.
Dari hasil olah TKP, petugas menemukan buku yang berisi curahan hati tersangka. Isinya menyeramkan. Banyak mengungkap kemarahan dan kematian. Di antaranya, pelaku menulis, Please Dad Don’t Make Me Mad if You Not Want Death. I Will Make You Go to Grave. Di bagian buku lain, dia menulis, My Dad Is My Crush. I Want to Leave My Dad or My Dad is Death. Lalu, Keep Calm Daddy Bondage and Give Me Torture.
Selain tulisan, dalam buku tersebut, petugas menemukan sebuah gambar perempuan yang sedang terikat.
Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Yusri Yunus menerangkan, NF melakukan aksinya dengan sadar. Bahkan, pelaku sama sekali tidak menyesali perbuatannya. ”Dia 1 2 3 4 5
Pukul pelaku mengajak korban bermain di rumahnya. Kondisi rumah tersangka kosong. Pelaku mengajak korban ke kamar mandi.
Di kamar mandi, korban diminta mengambil mainan di dalam bak air.
Pelaku menenggelamkan kepala korban selama
juga mencekik leher. Begitu korban tak berdaya, pelaku membawanya ke lantai 2 rumah, mengikat, dan menyimpan di lemari. juga terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan,” ungkapnya.
Yusri menambahkan, tersangka melakukan aksinya karena didorong hasrat untuk membunuh. Dia terinspirasi dari hobinya yang senang melihat film horor. Yakni, seri film Chucky. Selain itu, dia penggemar film The Slender Man yang dikenal suka menculik dan melukai orang. ”Dia suka Slender Man sampai dibuatkan gambar,” ucapnya.