Cari Daerah Percontohan Tangani Rubela
Ibu Hamil Terinfeksi Berdampak Kecacatan Permanen Bayi
SURABAYA, Jawa Pos – Kasus rubela atau campak Jerman di Indonesia terus meningkat. Salah satu kasus yang terbanyak adalah rubela pada ibu hamil. Dampaknya, bayi yang dilahirkan mengalami congenital rubella syndrome.
Topik tersebut diangkat dalam Seminar World Hearing Day (WHD) 2020 yang digelar Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) Regional V di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) kemarin (7/3). Ketua Panpel Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dr Nyilo Purnami SpTHT-KL (K) FICS FISCM mengatakan, rubela seharusnya sudah bisa dibasmi dengan imunisasi. Sebab, imunisasi itu sudah menjadi program nasional. Namun, kenyataan di lapangan, imunisasi belum sepenuhnya mencapai target.
”Padahal, dampak dari rubela sendiri adalah kecacatan permanen dan seumur hidup,” katanya. Karena itu, penyakit rubela harus menjadi perhatian penting. Khususnya pada ibu hamil yang dapat berdampak kecacatan permanen pada bayi. Mulai tuli kongenital, kelainan jantung kongenital, katarak kongenital, pigmentary retinopathy, hingga glaukoma kongenital. ”Kita selama ini telah melakukan surveilance congenital rubella syndrome (CRS). Data kasus yang ditemukan dikumpulkan, kemudian dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes),” ujarnya.
Nyilo menuturkan, dalam kegiatan WHD kali ini, pihaknya sengaja mengangkat CRS dengan mengundang para dokter layanan primer. Diharapkan, mereka dapat membantu dalam mendeteksi rubela. Sebab, rubela berbeda dengan kasus lain dan memiliki dampak jangka panjang. ”Jika ditemukan kasus, dokter layanan primer dapat membantu dan mengirimkan ke rumah sakit rujukan. Sehingga penanganan menjadi lebih baik,” tutur dia.
Pertimbangannya, selama ini banyak ibu hamil tidak terlihat terkena rubela. Sebab, tidak ada tanda-tanda klinis. Karena itu, penting dilakukan imunisasi bagi pasangan sebelum menikah dan sebelum hamil. ”Sambutan dari kepala Dinkes Jatim juga baik. Para pakar juga memberikan arahan untuk membentuk daerah pilot project dalam menangani masalah rubela dan diharapkan bisa menjadi model bagi daerah lain,” papar dia.
Kepala Dinkes Jawa Timur Herlin Ferliana mengatakan, saat ini dinkes berupaya melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang rubela. Sebab, masih banyak warga yang cuek soal rubela. ”Biasanya karena mereka tidak tahu. Jadi, akan kami perbanyak penyuluhan melalui PKK dan lain-lain,” jelas dia.
Selain itu, dilakukan tindakan preventif. Khususnya bagi ibu hamil agar bisa melakukan pencegahan secara dini. ”Dari hasil screening tersebut, maka bisa diketahui tindak lanjut yang harus dilakukan,” ujarnya.
Rencananya, dinkes membuat daerah percontohan dalam penanganan kasus rubela. Setelah itu, dinkes juga melakukan tindakan kuratif jika ada kasus rubela. Setidaknya pasien rubela dapat ditangani agar tingkat kecacatan tidak terlalu parah.
Untuk lokasinya, pihaknya akan membentuk tim dan menentukan wilayah yang akan ditunjuk. ”Kami akan mencari daerah yang pimpinannya care terhadap rubela,” jelasnya.