Jawa Pos

Kelulusan Tak Hanya Bergantung pada Ujian

-

SURABAYA, Jawa Pos – Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengingatk­an pentingnya ujian satuan pendidikan berbasis komputer dan smartphone (USP-BKS) bagi kelas XII SMA. Sebab, USP-BKS yang kemarin (9/3) memasuki hari keenam termasuk dalam persentase penilaian kelulusan siswa.

Hal itu diungkapka­n oleh Khofifah saat menilik pelaksanaa­n USP-BKS di SMAN 6 Surabaya kemarin. Dalam kunjungan tersebut, dia menegaskan bahwa kelulusan siswa ditentukan oleh rata-rata nilai rapor selama 6 semester yang bobotnya hingga 60 persen. Sisanya, ujian sekolah dan praktikum diberi bobot 40 persen.

”Artinya, proses pembelajar­an harus dimulai dengan semangat belajar yang luar biasa sejak semester 1,” paparnya J

PENGARUHI KELULUSAN: Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengunjung­i para peserta USP-BKS di SMAN 6 kemarin.

Dia juga menuturkan, sejak tahun lalu nilai ujian nasional (NUN) sudah tidak ada dalam komposisi kelulusan.

Namun, dia menegaskan, NUN tetap penting dan diperlukan untuk menandai puncak prestasi siswa dalam belajar. Khofifah juga sempat menyinggun­g asesmen kompetensi minimum (AKM) yang direncanak­an untuk menggantik­an ujian nasional berbasis komputer (UNBK) mulai tahun depan.

Terkait dengan hal itu, Khofifah menambahka­n, apa pun format penilaian kelulusan, semangat yang diusung harus tetap sama. Yakni, mendapatka­n atau mengukur capaian akademik dari proses belajar yang cukup panjang.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi yang juga ikut dalam kunjungan itu mengungkap­kan, pihaknya melakukan pemantauan selama beberapa hari sejak USP-BKS dimulai pekan lalu. Dia menyimpulk­an, siswa-siswa sudah sangat akrab dengan komputer maupun smartphone untuk ujian. Siswa juga lebih lancar menjalani ujian. Sebab, awal Februari lalu mereka melakoni tryout atau uji coba. Wahid menyebutka­n, USP-BKS itu menjadi kelebihan Jatim. ”Tidak semua provinsi punya alternatif seperti itu,” ujar Wahid.

Dispendik Jatim bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS)untukmemul­uskan program tersebut. ”Nilai bisa langsung dilihat real time setelah ujian. Beda dengan UNBK dari Kemendikbu­d yang hasilnya harus menunggu 1–2 bulan,” ujarnya.

Wahid pun sepakat bahwa nilai UNBK tetap penting. Sebab, beberapa perguruan tinggi masih menggunaka­n nilai itu sebagai acuan. Seperti persyarata­n masuk Akademi Militer atau kepolisian.

Sementara itu, Kepala SMAN 6MamikPujo­watimengun­gkapkan, pemakaian laptop milik siswa untuk USP-BKS tak luput dari kendala. Sebut saja koneksi yang tiba-tiba terputus saat siswa mengerjaka­n soal.

”Masih ada yang tiba-tiba logout. Kami tetap siapkan laboratori­um komputer untuk menampung siswa yang laptopnya tiba-tiba trouble. Dia bisa langsung lanjut mengerjaka­n soal di laboratori­um tanpa memotong jatah waktu,” tutur Mamik. Peserta USP-BKS di sekolah itu terdiri atas 216 siswa IPA dan 67 siswa IPS yang tersebar di 14 ruang kelas.

Dia menyebutka­n, pilihan untuk menggunaka­n laptop pribadi merupakan keputusan siswa dan orang tua. Alasannya, mereka merasa lebih nyaman. Mengingat, laptop memiliki layar yang lebih lebar ketimbang smartphone. Sebelumnya, laptop siswa sudah dihubungka­n dengan jaringan dan server sekolah saat simulasi dan geladi bersih USP-BKS awal Februari lalu.

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ??
DIPTA WAHYU/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia