Sehari, 19 Orang Minta Diperiksa
Datangi Crisis Center RSUA, Rata-Rata Baru Pulang dari Luar Negeri
SURABAYA, Jawa Pos – Crisis Center Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) baru dibangun pada Jumat (6/3). Namun, antusiasme masyarakat untuk datang memeriksakan diri terhadap penyakit virus korona (Covid-19) kian tinggi. Sampai tadi malam kemarin (9/3), jumlah pasien yang berkunjung ke Crisis Center RSUA mencapai 19 orang.
Direktur RSUA Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM mengatakan, sejak dibukanya crisis center di RSUA, pengunjung terus berdatangan. Baik pengunjung dalam maupun luar negeri. Mereka tidak hanya mencari tahu tentang virus korona, tetapi juga datang dengan gejala. ’’Ada yang sekadar ingin tanya. Ada juga yang memang mengalami gejala panas dan batuk,’’ katanya.
Hingga pukul 19.00 kemarin, total ada 19 orang yang datang ke Crisis Center RSUA. Mereka datang dari mana-mana. Tapi kebanyakan baru saja baru pulang dari luar negeri (LN) J
Di antaranya, baru pulang dari Italia, pulang dari Jepang, pulang dari Amerika. Selain itu, mereka yang datang tidak hanya WNI. Tapi juga WNA. ’’Ada tiga warga negara asing (WNA),’’ ujarnya.
Nasronudin menuturkan, saat ini sebanyak 11 orang yang berkunjung tersebut berstatus orang dengan pengawasan (ODP). Mereka mengalami gejala demam, flu, dan batuk. Namun, hasil foto torax tidak ada gejala yang mengarah pada Covid-19.
Mereka pun diperbolehkan pulang setelah mendapatkan pemahaman tentang Covid-19 dari petugas medis.
’’Mereka diobservasi mandiri di rumah. Dalam masa inkubasi kurang lebih 14 hari setelah pulang dari negara terkonfirmasi Covid-19, mereka diminta di rumah dan menjaga kesehatannya,’’ katanya.
Nasronudin menyatakan bahwa kebanyakan yang datang ke Crisis Center RSUA berisiko tinggi Covid19. Mereka ingin mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sebab, mereka rata-rata berkunjung ke rumah sakit lain sebelumnya. ’’Pasien yang datang kondisinya masih baik. Hanya ada yang panas, batuk, dan pilek dari negara endemis,’’ katanya.
Crisis Center RSUA dibangun bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur. Crisis center tersebut menjadi pintu awal untuk melakukan skrining orang-orang yang berisiko tinggi terkena Covid-19.
Di dalamnya juga terdapat petugas dari unsur profesional. Yakni, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis paru, para program pendidikan dokter spesialis (PPDS), perawat, dan tim promosi kesehatan rumah sakit (PKRS).
Selain itu, ada petugas penunjang yang terdiri atas tim instalasi pemeliharaan sarana dan prasarana (IPS), medical record, tim kesehatan lingkungan (kesling) penyemprot cairan disinfektan, keamanan, satpam, kebersihan, tim transporter klien dan transporter sampel laboratorium, serta humas RSUA. ’’Semua tim selalu stand by di Crisis Center RSUA,’’ paparnya.
Nasronudin menuturkan bahwa saat ini RSUA mengalami penipisan stok masker N-95. Sebab, kebutuhan masker N-95 tidak hanya digunakan untuk menangani pasien Covid19, tetapi juga pasien infeksi menular lainnya. ’’Kami juga sudah meminta bantuan Dinkes dan BPBD Jatim terkait kebutuhan masker N-95,’’ ucapnya.
Sementara itu, hasil sampel laboratorium pasien PDP yang dirawat di ruang isolasi khusus RSUA sudah keluar. Hasilnya, pasien tidak terkonfirmasi Covid-19. Kini pasien pun sudah dipulangkan. ’’Hasilnya negatif Covid-19,’’ tegasnya.