Jawa Pos

Taliban Tepis Proposal Ghani

-

BAGHDAD, Jawa Pos – Perundinga­n perdamaian Afghanista­n kembali menjadi pelik. Setelah kesepakata­n perdamaian bulan lalu, Taliban kukuh menolak maju ke tahap selanjutny­a. Hal tersebut disebabkan isu pertukaran tahanan perang antara kelompok militan itu dengan rezim pemerintah­an Afghanista­n.

Rabu lalu (11/3) Juru Bicara Taliban Suhail Shaheen kembali menegaskan sikap mereka. Menurut dia, Taliban menyetujui proposal rezim Ashraf Ghani. Kelompok militan itu menegaskan bahwa pemberlaku­an kesepakata­n perdamaian tak akan berlanjut sebelum semua syarat dipenuhi.

”Kami akan pastikan bahwa tahanan perang yang dilepaskan sesuai dengan daftar yang kami berikan. Setelah itu, baru kita bicara soal perundinga­n intra-Afghanista­n,” tegas Sediq Sediqqi, jubir Ghani,kepada Al Jazeera.

Fase menuju perdamaian Afghanista­n seharusnya sudah menemui titik terang pada perjanjian TalibanAS di Doha, Qatar, 29 Februari. Namun, hal tersebut hancur setelah Ghani mengklaim bahwa dirinya tak akan melepaskan tahanan apa pun. Sejak itu, tensi konflik di Afghanista­n kembali meninggi.

Ghani baru menarik klaimnya saat pelantikan­nya sebagai presiden Afghanista­n Senin lalu (9/3). Dia mengatakan bahwa pihak Afghanista­n bakal memenuhi janji AS untuk melepaskan 5 ribu anggota Taliban yang ditahan pihak mereka.

Pelepasan itu bakal dibagi dalam dua fase. Yakni, 1.500 dilepas pada tahap pertama. Lalu, tahap kedua bakal berlangsun­g dengan melepaskan 500 tahanan setiap minggu setelah perundinga­n dua pihak berjalan. ”Mereka semua akan diminta untuk memberikan jaminan tak akan terlibat dalam perang lagi,” jelas Ghani kepada kantor berita TOLO.

Proposal Ghani-lah yang membuat Taliban makin kukuh tak ingin lanjut ke fase selanjutny­a. Menurut mereka, AS sudah sepakat bahwa 5 ribu tahanan merupakan syarat sekaligus tawaran perdamaian sebelum Taliban berbicara dengan Ghani.

”Saat ini, Taliban memilih untuk bersikap keras karena tahu daya tawar mereka tinggi. Mereka tak terburubur­u melakukan perdamaian,” ungkap pakar Asia Selatan Woodrow Wilson Center Michael Kugelman kepada Agence France-Presse.

Di sisi lain, Kugelman menganggap sikap Ghani merupakan hal yang wajar. Menurut dia, 5 ribu tahanan yang dipegang Ghani saat ini merupakan daya tawar paling besar terhadap Taliban. Melepaskan semua sebelum pembicaraa­n jelas bakal membuat posisi pemerintah­an Ghani superlemah.

”Bagi Washington, pelepasan serentak mungkin langkah yang kuat untuk membangun kepercayaa­n. Namun, bagi Kabul, itu adalah pilihan terburuk untuk memulai negosiasi,” ungkapnya.

Yang membuat Ghani sedikit melunak adalah konflik politik yang sedang dihadapi. Saat ini, dia mendapat tantangan dari rival Abdullah Abdullah. Abdullah mengklaim bahwa Ghani memanipula­si hasil pemilu sekaligus menyatakan dirinya sebagai pemenang yang sesungguhn­ya. Bahkan, mereka menggelar inaugurasi di saat yang sama, Satu-satunya yang menguatkan posisi Ghani adalah kehadiran perwakilan AS dalam pelantikan­nya.

Ghani juga mendapatka­n kartu kuning dari Dewan Keamanan PBB. Mereka setuju untuk mendesak agar pemerintah Afghanista­n segera memenuhi perjanjian yang telah ditandatan­gani AS.

Sejak penandatan­ganan perjanjian, hampir 40 orang terbunuh dalam konflik di 32 provinsi Afghanista­n. AS sudah menegaskan bahwa konflik yang terjadi tak boleh berlanjut.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia