Dua Pasien ODP RSUA Membaik
Bantuan APD Terus Berdatangan
Tidak ada panas lagi. Tidak sesak. Dan, tidak ada keluhan sakit ketika menelan. Batuknya juga sudah berkurang.”
SURABAYA, Jawa Pos – Kondisi dua warga negara Indonesia (WNI) yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) kian baik kemarin (12/3). Mereka sudah tidak demam dan sesak. Meski begitu, dua pasien yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) itu masih harus dirawat di ruang isolasi hingga hasil swab keluar
Anggota Tim Satuan Tugas (Satgas) Korona RSUA dr Alfian Nur Rosyid SpP FAPSR mengatakan, warga yang memeriksakan virus korona baru (Covid-19) ke Crisis Center RSUA terus berdatangan. Total ada lebih dari 60 orang yang datang ke crisis center sejak Senin (9/3) hingga kemarin siang (12/3).
”Dari kunjungan tersebut, statusnya semua ODP. Namun, tidak ada pasien baru yang dirawat di RSUA,” katanya.
Alfian menuturkan, pasien yang dirawat masih dua orang. Mereka mendapatkan perawatan untuk keluhan yang dirasakan selama ini. Kondisinya pun terus membaik. ”Tidak ada panas lagi. Tidak sesak. Dan, tidak ada keluhan sakit ketika menelan. Batuknya juga sudah berkurang,” ujarnya.
Saat ini dua pasien tersebut masih dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Universitas Airlangga. Mereka tetap dirawat di ruang isolasi hingga hasil swab yang dikirim ke Layanan Penyakit Tropis (LPT) Unair dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkonfirmasi negatif Covid-19. ”Prosedurnya memang begitu. Pasien harus menunggu sampai hasil swab keluar,” kata dia.
Sementara itu, tenda crisis center juga telah dipindahkan ke samping instalasi gawat darurat (IGD). Sebelumnya, tenda tersebut didirikan tepat di depan IGD. Pemindahan tersebut dilakukan agar pengunjung lebih nyaman. ”Sebelumnya, lokasi crisis center kurang nyaman. Sekarang dipindah di samping IGD,” ujarnya.
Alfian menambahkan, pelayanan di crisis center terus berjalan. Banyak warga yang datang untuk memeriksakan Covid-19. Statusnya beragam. Ada yang kontrol dalam kondisi sehat karena baru pulang dari perjalanan ke luar negeri. Ada pula yang datang karena panik.
”Yang panik-panik ini, tim kami terus memberikan pemahaman. Agar mereka tidak perlu cemas,” kata dia.
Menurut dia, masyarakat yang baru saja melakukan perjalanan ke luar negeri sebaiknya memang harus tetap waspada. Namun, jika tidak ada keluhan selama masa inkubasi 1–14 hari, masyarakat tidak perlu panik.
”Yang penting, tetap berperilaku hidup bersih dan sehat. Cuci tangan sesering mungkin. Jangan menyentuh wajah, makanan, dan minuman dengan kondisi tangan kotor,” ujarnya.
Masyarakat bisa melakukan observasi mandiri dengan menghindari kerumunan untuk sementara waktu hingga 14 hari sejak pulang dari luar negeri. Jika ada keluhan sakit, mereka bisa memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas. ”Kalau sehat, tetap bisa aktivitas biasa. Yang penting, menjaga pola hidup bersih dan sehat,” imbaunya.
Sementara itu, Direktur RSUA Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM mengatakan, saat ini RSUA mendapatkan beberapa bantuan alat pelindung diri (APD) dari berbagai sektor. Sebelumnya, RSUA mendapatkan bantuan 1.000 masker N-95 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.
Kemudian, disusul bantuan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya. Yakni, 50 set gown cover all, 50 masker N-95, 2.500 lembar surgical mask, dan 25 kacamata Google. Semua APD tersebut telah diterima RSUA.
”Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir dan harus tenang. RSUA selalu siap siaga dan APD cukup. SDM (sumber daya manusia) juga lengkap. Ruang rawat inap maupun ruang isolasi juga bagus dan nyaman,” jelasnya.