Jawa Pos

RSUD dr Soetomo Belum Temukan Yang Terdeteksi

-

DI RSUD dr Soetomo, posko korona dibuat sejak isu itu mencuat. Yakni, membentuk hotline call center. Kemudian, juga ada petugas on call dan on site yang ditangani Tim Pinere (Penyakit Infeksi Emerging dan Re-emerging). Petugas menjadi garda terdepan untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Terutama, menepis berita keliru soal korona.

Belum lama ini, masyarakat dibikin heboh dengan adanya informasi keliru pasien positif korona di RSUD dr Soetomo

”Nah, kekeliruan ini ditepis dengan bantuan Tim Pinere ini,” ucap Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Hubungan Masyarakat dr Pesta Parulian Maurid Edward SpAn kemarin (12/3).

Secara fisik, posko korona memang tidak ada. Menurut Pesta, tidak perlu terlalu heboh. ”Tidak perlu pakai tenda atau apalah itu,” ujarnya. Hingga saat ini, tidak ada pasien yang terkonfirm­asi di rumah sakit milik pemprov tersebut. Pasien yang diduga terkena korona beberapa waktu lalu hanya terkena pneumonia. Kini, yang bersangkut­an sedang diisolasi di ruangan khusus.

Menurut Pesta, yang terpenting, sebagai rujukan utama, RSUD dr Soetomo aktif menjawab pertanyaan yang diberikan masyarakat. Khususnya, bagi mereka yang ingin tahu lebih lanjut mengenai penyebaran pandemi virus tersebut.

Sementara itu, Ketua Tim Siaga Korona RSUD dr Soetomo dr Dr Soedarsono SpP (K) menjelaska­n, Tim Pinere makin sibuk saat ini. Sejak Januari–Februari, edukasi kepada publik terus dilakukan. Memang sekadar presentasi soal temuan terbaru dari virus tersebut. ”Tapi, setidaknya kami bergerak. Bukan hanya ke internal lho,” tuturnya kemarin.

Soedarsono bersama tim rajin membawakan materi ke luar kota. Mereka bersosiali­sasi secara mandiri. ”Ini bukan arahan dari siapa pun. Murni karena panggilan hati,” kata dokter spesialis paru tersebut. Sasarannya melingkupi seluruh elemen. ”Mulai komunitas hingga masyarakat lokal,” ujarnya.

Anggota tim pun berbagi tugas dan menyebar ke seluruh Jatim. ”Sudah kami lakukan seperti ini sejak 2009. Ketika MERS CoV dan SARS CoV merebak,” tambahnya.

Dulu memang tak seheboh korona. Tapi, angka fatalitas kedua virus sangat tinggi. Mencapai 34 dan 9 persen. Dengan kata lain, tingkat kematian pasien yang terkena MERS CoV atau SARS CoV lebih tinggi.

Sebagai dokter spesialis, Soedarsono dan tim menjadi rujukan bertanya. Tidak sekadar oleh masyarakat, tapi juga dari rumah sakit di Jawa Timur. Pertanyaan yang simpel sampai rumit sudah menjadi makanan seharihari.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia