Rutin Cek Tekanan Darah-Kolesterol
Upaya Pelihara Jantung, Imbangi dengan Olahraga yang Terukur
SURABAYA, Jawa Pos – Penyakit jantung memang sering bikin bergidik. Kematian mendadak orang di sekitar atau bahkan figur publik tak jarang disebabkan penyakit jantung yang tak terdeteksi sebelumnya. Karena itu, dr Mochamad Yusuf SpJP PhD FIHA FESC FAsCC menekankan pentingnya pemeriksaan dini secara rutin.
Beberapa skrining awal yang bisa dilakukan adalah pengukuran tekanan darah dan uji kadar kolesterol secara rutin. Tingginya tekanan darah bisa membuat otot jantung menebal dan lebih kaku. Akhirnya, jantung kesulitan memompa darah dan terjadi kegagalan fungsi pada jantung.
Tekanan darah normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg. ”Naiknya pelan, maka orang sering tidak terasa punya hipertensi,” jelas Yusuf saat mengisi talk show kesehatan jantung di Pakuwon Mall.
Selain tekanan darah, Yusuf mendorong pemeriksaan rutin level kolesterol pada tubuh. Saat ini banyak pengguna teknologi uji kolesterol dengan stik yang praktis dan bisa dilakukan di rumah. Ujung jari ditusuk dengan jarum khusus, lalu setetes darahnya diletakkan pada selembar kertas yang mengandung bahan kimia. Kemudian, kertasnya dimasukkan ke alat hingga muncul tiga digit angka pada layar alat uji. ”Itu menunjukkan angka jumlah
kolesterol total dari HDL, LDL, dan trigliserida,” ungkapnya.
Secara umum, angka kolesterol total di bawah 200 mg/dL sudah dianggap baik. Tetapi, itu hanya merupakan skrining awal. Yusuf menekankan pentingnya uji kolesterol secara lengkap di laboratorium. ”Jadi kelihatan masingmasing tiga komponen itu. Karena yang paling berkorelasi dengan jantung itu LDL,’’ ucapnya. Jika level LDL melebihi angka 100 mg/dL, pasien patut waspada.
Tingginya level LDL mengakibatkan penumpukan lemak pada darah. Akibatnya, risiko penyumbatan pembuluh darah makin tinggi. ”Nah ini berhubungan langsung dengan penyakit jantung dan stroke,” katanya.
Pemilihan makanan yang sehat dan gaya hidup jadi penentu penting. ”Memang ada faktor genetik juga. Tetapi, kalau bisa hidup sehat, lebih terpantau,” tuturnya.
Menurut dia, seseorang tak boleh asal berolahraga. ”Jantung butuh nadi yang stabil. Jadi, kalau misalnya tidak pernah olahraga, lalu tiba-tiba olahraga berat itu kasihan jantungnya,” ujarnya.
Olahraga yang baik seharusnya dilakukan bertahap dan terukur. Durasi dan frekuensinya ditambah secara perlahan. Dalam seminggu, sebaiknya olahraga dilakukan 3–5 kali dengan waktu minimal 30 menit. ”Yang olahraganya cukup stabil bagi jantung itu berenang, berjalan, dan sepeda statis,” ungkapnya.