Jawa Pos

Kritisi Makam Londo Peneleh yang Kinclong

-

SURABAYA, Jawa Pos – Revitalisa­si Makam Londo Peneleh dilakukan sejak Senin (9/3). Suasana yang semula muram kini berubah bersih dan rapi. Namun, perbaikan besarbesar­an itu menuai berbagai kritik dari pegiat sejarah Surabaya. Terutama dari segi pengecatan beberapa makam yang dinilai menghilang­kan nilai sejarah bangunan. ”Warna ini beda dari asalnya. Merusak nilai sejarahnya,” tunjuk Direktur Surabaya Heritage Society Freddy H. Istanto ke salah satu makam kemarin (12/3). Makam dengan nisan setinggi 3 meter itu memang terlihat mencolok. Dominan berwarna hitam dengan berpadu kuning keemasan.

Makam milik J. Welter (1818–1855) itu memang terbuat dari besi wungkul yang dicor. Model makam tersebut, kata Freddy, dibuat orang berpengaru­h. Bukan orang sembaranga­n. Warna besi itu seharusnya merah kecokelata­n. Bukan hitam keemasan. ”Ngene iki model opo. Gak tepak blas karo asline,” ucapnya heran.

Dosen arsitektur Universita­s Ciputra tersebut mengapresi­asi langkah pemkot untuk memperbaik­i makam Belanda Peneleh saat ini. Menurut dia, beberapa perbaikan sudah bagus. Namun, dia berharap pemkot tidak asal mempercant­ik makam. Terutama mengecat makam dengan warna kinclong yang jauh dari wujud aslinya.

Menurut Freddy, makam Peneleh sebenarnya cukup dibersihka­n dan dirapikan. ”Jika dibuat terlalu semarak, justru malah akan jauh dari sejarahnya,” katanya.

Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Surabaya Iman Krestian menyatakan, polemik mengenai warna cat itu hanya masalah persepsi. Terutama dalam rencana pemkot memperbaik­i makam. ”Yang mengubah konsep makam yang suram menjadi lebih menarik untuk dikunjungi,” katanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia