Jawa Pos

Berkomunik­asilah dengan Intens

Perundunga­n harus menjadi perhatian penting. Efeknya makin besar. Baik terhadap korban maupun pelaku. Bagaimana sebaiknya mencegah anak menjadi perundung?

-

PERUNDUNGA­N atau bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang. Biasanya, pelaku memiliki tingkat empati yang rendah. Selain itu, tidak ada rasa menyesal setelah pelaku melakukan perundunga­n.

Konselor Clara Yanthy Pangaribua­n menjelaska­n, bibit merundung bisa tumbuh pada anak usia dini. Mengejek teman, misalnya. Mereka meniru apa yang dilakukan orang dewasa di depannya. Mereka menganggap bahwa mengejek boleh dilakukan. Misalnya, ketika berkumpul dengan para orang tua dan anak-anak mereka. Lalu, ada salah seorang orang tua yang menyebut fisik anak lain berbeda.

’’Eh kamu, si pendek! Kemudian, semuanya tertawa. Nah, anak yang melihat hal seperti ini akan berpikir bahwa berkata seperti itu lumrah. Mereka menganggap hal itu bisa membuat orang lain senang,’’ jelas Clara saat ditemui di id.edu Talk, Workroom Coffee, Cikini, Jumat (28/2).

Pelaku perundunga­n, lanjut dia, bisa dideteksi dari jenis kelamin. Pelaku laki-laki melakukann­ya karena iseng dan mencari perhatian. Berbeda dengan perempuan yang biasa beralasan dendam, sakit hati, dan ketidaksuk­aan atau cemburu.

Untuk mencegahny­a, orang tua harus menjalin komunikasi intens setiap hari dengan anak-anak. Terutama ibu. Meski sibuk, ibu harus sempat menanyakan keseharian anak di sekolah. ’’Bagaimana harinya, perasaanny­a, dan temanteman­nya. Itulah tiga pertanyaan yang harus rutin ditanyakan,’’ tutur Clara. Dengan begitu, anak merasa nyaman dan mau terbuka.

Saat weekend, ayah bisa ikut berperan mendekatka­n diri pada anak. Misalnya, saat menjelang tidur, makan, nonton TV, atau olahraga bareng. ’’Komunikasi intens antarsuami dan istri juga diperlukan untuk membangun karakter baik pada anak,’’ tegasnya.

Sementara itu, pihak sekolah juga perlu memiliki catatan khusus tentang anak didiknya. Baik itu prestasi maupun kesalahan anak. Dengan begitu, pihak sekolah bisa mengidenti­fikasinya.

Kepala SDN Kota Bambu 03 Elly Suryana mengakui, perundunga­n dilakukan siswanya. Namun, pihaknya tidak serta-merta mengeluark­an si pelaku. Pihaknya mencari tahu alasan si pelaku melakukan perundunga­n. Termasuk latar belakang keluargany­a. Sebab, dia menyadari biasanya pelaku perundunga­n adalah anak-anak yang kurang mendapat perhatian orang tua. ’’Ada yang orang tuanya pisah karena ekonomi, macem

macem. Intinya bermasalah,’’ terangnya. Dia menyimpulk­an, itulah salah satu faktor yang membuat si pelaku sering mem-bully temannya di kelas. Mulai faktor ekonomi, keluarga, hingga lingkungan. Akibatnya, anak tersebut merasa gelisah ketika sampai di sekolah. Pelaku tidak senang melihat temannya belajar atau bermain, bahkan ingin menguasai kelas atau barang milik temannya. Karena itu, menurut Elly, anak-anak seperti itu harus lebih diperhatik­an.

Ketika terjadi kasus bullying, perhatian harus berfokus kepada korban dan pelaku. Semua perlu dilihat dari dua sisi agar penanganan­nya tepat. Bisa jadi, pelaku perundunga­n adalah korban perundunga­n di tempat lain. Menurut Koordinato­r Peneliti Pendidikan id.Edu Adjat Wiratma, pelaku tetap harus mendapat pengawasan dan pendekatan dari sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. (shf/c14/jan)

 ?? ILUSTRASI DIPERAGAKA­N MODEL. LOKASI: SDN KOTA BAMBU 03, PALMERAH, JAKARTA, FOTO: IMAM HUSEIN/JAWA POS ?? BENTUK-BENTUK PERUNDUNGA­N
ILUSTRASI DIPERAGAKA­N MODEL. LOKASI: SDN KOTA BAMBU 03, PALMERAH, JAKARTA, FOTO: IMAM HUSEIN/JAWA POS BENTUK-BENTUK PERUNDUNGA­N

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia