Jawa Pos

Bupati Pacitan pun Terserang DBD

-

SURABAYA, Jawa Pos – Tak jauh beda dengan Covid-19 yang tengah bikin heboh, persebaran wabah demam berdarah dengue (DBD) benar-benar patut diwaspadai.

Sebab, selain persebaran­nya makin meluas, sasarannya juga tak pandang bulu. Siapa pun bisa terkena. Tak terkecuali tokoh penting.

Misalnya, wabah DBD yang melanda Pacitan. Selain jumlah kasusnya masuk daftar tertinggi di Jatim, penyakit yang bersumber dari nyamuk itu menyerang sang bupati, Indartato.

Pak In, sapaan bupati, saat ini menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Jogjakarta. Dia dinyatakan positif DBD sekitar empat hari lalu. Awalnya, dia sempat dirawat di RSUD dr Darsono, Pacitan. Kemudian, dia dirujuk ke Jogjakarta. ”Alhamdulil­lah, kondisi beliau semakin baik. Trombositn­ya terus naik. Kita doakan semoga segera sembuh dan bisa bekerja kembali bersama-sama,’’ kata Wakil Bupati (Wabup) Pacitan Yudi Sumbogo kemarin (13/3).

Bukan hanya Indarto, sejumlah tokoh di Pacitan juga terjangkit DBD. Termasuk Nursuhud, anggota DPR RI, beserta anak dan pembantuny­a.

Karena itu, Sumbogo sudah memanggil sejumlah dinas terkait. Mereka diminta mengambil langkah preventif agar kasus DBD tidak berkelanju­tan. Antara lain, memberanta­s jentik nyamuk melalui pendamping­an hingga tingkat RT.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes)

Pacitan mencatat, terdapat 319 kasus DBD. Sebagian besar terjadi di wilayah Pacitan kota. Jumlahnya 115 kasus. Sisanya tersebar di kecamatan lain.

Di Kabupaten Blitar, kasus DBD juga mengalami lonjakan selama tiga bulan terakhir. Berdasar data dinkes setempat, setidaknya ada 30 kasus DBD dalam kurun

Januari–Maret 2020.

Dari seluruh temuan itu, yang paling banyak terserang adalah anak usia 0–15 tahun. Daerah yang paling banyak temuan kasus DBD ialah Kecamatan Sanankulon. ’’Dari awal bulan, ada 16 kasus. Kemudian, hingga kemarin, terdapat 30 temuan. Jadi, ada peningkata­n 14 kasus baru,’’ ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendali­an Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Blitar Krisna Yekti.

Grafik kasus persebaran DBD di wilayah Mojokerto Raya juga mengalami peningkata­n. Sejak Januari–Maret, tercatat sudah ada 58 warga yang terjangkit penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti tersebut. Jumlah kasus terbanyak terjadi di wilayah Kabupaten Mojokerto. Berdasar data dinkes setempat, total ada 53 kasus DBD.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggula­ngan Penyakit (P2P) dr Langit Kresna Janitra, menuturkan bahwa munculnya kasus DBD beriringan dengan peralihan dari musim kemarau ke hujan. ’’Totalnya, ada 53 kasus DBD mulai Januari hingga hari ini (kemarin, Red),’’ ucapnya.

Daerah lain yang juga tengah waspada DBD ialah Madura. Sejak Januari lalu, sudah ada 145 kasus di Pulau Garam. Jumlah tertinggi terjadi di Sumenep, yakni 40 kasus.

Dari data yang dihimpun, Sumenep menjadi kabupaten paling banyak terjangkit DBD dari tiga kabupaten lain di Madura. Disusul Pamekasan (38 kasus), Sampang (27 kasus), dan Bangkalan (20 kasus).

Kabid Pencegahan dan Pengendali­an Penyakit Dinkes Sumenep Kusmawati menyampaik­an, saat musim hujan, potensi persebaran wabah penyakit DBD meningkat. ”Mengingat banyaknya genangan tempat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak,” katanya.

Dari 330 desa di Sumenep, ada 38 desa yang terjangkit DBD. Menurut dia, kalau kewaspadaa­n masyarakat tidak ditingkatk­an, bukan tidak mungkin penyakit tersebut memakan lebih banyak korban.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia