Jawa Pos

Omzet Sabu-Sabu Rp 2 M Sebulan

Bisnis Narkoba dari Bandar yang Ditembak Mati Polisi

-

SURABAYA, Jawa Pos – Identitas bandar narkoba yang ditembak mati polisi terkuak kemarin (13/3). Namanya Muhammad Ismail. Dia biasa dipanggil Roni. Warga Jalan Indrapura tersebut tergolong bandar gede (bede). Dalam sebulan, pria 33 tahun itu bisa menjual 2 kilogram sabu-sabu (SS).

Artinya, omzet yang didapat mencapai Rp 2 miliar. Sebab, setiap gram barang terlarang tersebut di pasaran gelap dihargai sekitar Rp 1 juta. ’’Kasusnya tidak akan berhenti di sini,’’ tutur Kasatresna­rkoba Polrestabe­s Surabaya AKBP Memo Ardian di kamar jenazah RSUD dr Soetomo kemarin (13/3). Memo menegaskan bakal memburu jejaring tersangka

Sejauh ini empat orang yang terdeteksi sebagai jaringanny­a sudah dibekuk. Mereka ditangkap bergiliran di berbagai tempat. ’’Di Surabaya dan Sidoarjo,’’ kata Memo. ’’Barang bukti narkoba yang diamankan jenis sabu-sabu, totalnya 1,5 kilogram,’’ tambah alumnus Akpol 2002 tersebut. Dia memaparkan bahwa terbongkar­nya sindikat itu berawal dari penangkapa­n dua pemuda di Jalan Lebak Jaya, Tambaksari, pada Selasa (10/3).

Yakni, Hafid Fauzen, 23, dan Romadoni, 24. Mereka tercatat sebagai warga Jalan Simo Sidomulyo, Petemon.

Memo menuturkan bahwa keduanya adalah pengedar yang gerak-geriknya sudah diintai selama 10 hari. Dalam penangkapa­n tersebut, ditemukan 25 gram sabusabu. ’’Jaringanny­a kemudian dikembangk­an,’’ ucap polisi dengan dua melati di pundak itu.

Diketahui, narkoba yang diamankan didapat dari Mohammad Noer. Lelaki 41 tahun tersebut tinggal di Jalan Gresikan. ’’Waktu rumahnya kami gerebek, yang bersangkut­an mencoba kabur,’’ tuturnya. Memo mengatakan, tim yang dipimpin terpaksa mengambil tindakan tegas. Noer dilumpuhka­n. Betis kaki kanannya ditembus timah panas.

Barang bukti yang ditemukan dari dalam rumahnya tidak sedikit. Noer menyimpan setengah kilogram SS. Narkoba berbentuk butiran kristal bening itu disimpan di dalam tas. Kepada polisi, dia mengaku bahwa barang laknat tersebut dibeli dari Roni. ’’Ngekos di Sidoarjo,’’ kata Memo. Roni menetap di Gang Sukodirono II, Desa Suko, Kecamatan Sidoarjo Kota, Sidoarjo.

Mantan Kasatreskr­im Polresta Balerang itu menuturkan bahwa tempat kos tersangka sempat kosong ketika didatangi. Satresnark­oba Polresta Sidoarjo kemudian diajak berkoordin­asi untuk memantau bersama. Hasilnya tidak sia-sia. Roni kemudian menampakka­n batang hidungnya.

Dia tidak sendirian saat datang. Roni ditemani Ibnu Masyis. Nah, pemuda 28 tahun itu membawa sebuah tas ransel ketika disergap. ’’Isi tasnya 300 gram sabu-sabu,’’ ujar Memo. Ibnu mengatakan bahwa narkoba tersebut bukan miliknya. Roni yang memintanya membawa.

Roni, kata Memo, tidak bisa berkilah. Dia juga mengaku masih punya tempat kos lain di Lawang, Malang. Lokasinya dekat kebun teh. Roni pun dikeler ke sana. ’’Di lokasi terdapat barang bukti lain. Beratnya 750 gram,’’ paparnya.

Memo menerangka­n, di tempat itu tersangka berusaha melakukan perlawanan. Roni mendadak mengambil sebilah parang yang disimpan di dalam tas. Dia langsung menghunusk­annya ke arah petugas. ’’Dengan sangat terpaksa, kami bidik dadanya,’’ lanjutnya.

Roni langsung ambruk setelah ditembus timah panas. Dia dievakuasi ke RS Pusdik Gasum Porong, Sidoarjo. Namun, nyawanya lebih dulu melayang di jalan. ’’Berdasar pengecekan, tersangka yang tewas adalah residivis,’’ tutur Memo. Roni sebelumnya juga tersandung kasus narkoba. Dia ditangkap pada 2015. ’’Bebas tahun lalu, kembali jadi pengedar,’’ ucapnya.

Sebagaiman­a diberitaka­n, polisi menembak mati seorang bandar narkoba. Jenazahnya dibawa ke RSUD dr Soetomo Kamis sore (12/3). Bandar itu menjadi tersangka kasus narkoba ketiga yang tewas karena mendapat tindakan tegas dari petugas tahun ini.

Memo mengatakan bahwa tindakan tegas terhadap pelaku peredaran narkoba bukan pilihannya. Menurut dia, tewasnya tersangka bukan sebuah prestasi yang bisa dibanggaka­n. Namun, di sisi lain pihaknya juga tidak bisa diam ketika mendapat ancaman.

Dia menyebut instruksi dari pimpinan sudah jelas. Dalam menangkap pelaku tindak pidana, keamanan anggota menjadi prioritas. ”Jadi, kami tidak akan memberikan toleransi kepada tersangka yang memberikan perlawanan,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengungkap­kan bahwa jaringan tersangka narkoba yang tewas masih dipetakan. Modal utamanya saat ini adalah alat komunikasi. Memo mengaku akan mendalami ponsel milik tersangka yang diamankan sebagai barang bukti. ”Semoga saja ada petunjuk yang bisa mengarahka­n ke bandar yang punya level lebih atas,” ungkapnya.

Tidak hanya memburu bandar yang memasok SS kepada Roni. Polisi juga sedang memburu jaringan yang berperan sebagai pembeli. ”Prinsip kami, tegakkan dulu pohonnya. Buahnya pasti akan jatuh. Dalam arti, pengembang­an jaringan masih sangat memungkink­an,” paparnya.(edi/c15/c6/git)

 ?? GUSLAN GUMILANG/ JAWA POS ?? SATU JARINGAN: Dari kiri, Muhammad Noer, Ibnu Masyis, Hafid Fauzen, dan Romadoni adalah komplotan Muhammad Ismail alias Roni yang ditembak mati.
GUSLAN GUMILANG/ JAWA POS SATU JARINGAN: Dari kiri, Muhammad Noer, Ibnu Masyis, Hafid Fauzen, dan Romadoni adalah komplotan Muhammad Ismail alias Roni yang ditembak mati.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia