Jawa Pos

Di Pertemuan Selanjutny­a Pasti Menang!

Minions Temukan Pola Hadapi Endo/Watanabe

-

BIRMINGHAM, Jawa Pos – Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo memang belum mampu menaklukka­n mimpi terburuk mereka, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, dalam final All England 2020 dini hari kemarin. Di Arena Birmingham, Inggris, pasangan berjuluk Minions itu kalah 18-21, 21-12, 19-21. Itu adalah kekalahan keenam beruntun mereka oleh ganda putra nomor dua Jepang tersebut.

Namun, tidak ada yang menyangkal bahwa permainan Minions jauh lebih bagus daripada sebelumnya. Bahkan, jika dibandingk­an dengan pertemuan terakhir dalam BWF World Tour Finals (WTF) 2019 Desember silam.

”Oh, jelas lebih bagus,” kata Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra pelatnas, ketika dihubungi Jawa Pos kemarin. ”Kita bisa lihat dari poinnya. Pada game ketiga, sempat posisi unggul 19-18. Di WTF lalu, mereka kalah 11-21, 21-14, 11-21. Artinya, sudah mulai ketemu polanya,” ungkap dia.

Menurut Herry, penampilan Minions sudah maksimal. Pada game ketiga, Minions tertinggal 0-6. Mereka mengejar, tapi tidak berhasil leading. Baru menyalip di posisi 19-18. Namun, harapan juara musnah ketika Endo/Watanabe mampu meraih tiga poin beruntun.

”Semua sih berjalan normal. Kalau membicarak­an itu (set ketiga, Red), memang Watanabe nekat banget. Servis Marcus itu sudah tipis banget saat kedudukan 19-18, karena dia maju. Menurut kami, itu rezekinya dia (Endo/Watanabe, Red) saja yang lagi bagus,” beber Herry.

Pria berjuluk Pelatih Naga Api itu menjelaska­n, dalam momen krusial seperti kemarin, bisa saja kedua pihak membuat kesalahan sendiri. ”Kalau berandai-andai, misalnya servis di-lob sama Marcus, kemungkina­n bisa dapat poin. Tapi, Watanabe sudah nekat banget dan penampilan mereka juga sangat baik. Hokinya mereka lebih daripada kami,” imbuh Herry.

Kemarin,Minionsleb­ihseringme­ngincarEnd­o. Baik melalui smes maupun drop shot. Herry mengakui,memangstra­tegiitudia­siapkan.Sebab, menyerang Watanabe lebih sulit. Pertahanan pemain 22 tahun tersebut bagaikan baja.

Sebaliknya, Endo/Watanabe kini tidak lagi mengincar Marcus. Itu adalah buah latihan keras yang diterapkan oleh Herry. Selama ini, pasangan nomor enam dunia tersebut menganggap Marcus sebagai titik lemah. Yang pertahanan­nya lebih rapuh. Sepanjang awal tahun, Herry telah mengedril pemain 29 tahun tersebut untuk meningkatk­an defense.

Benar saja. Kemarin Marcus lebih sulit dimatikan. Bola-bola cepat Watanabe masih bisa dikembalik­an. Karena itulah mereka bisa fight habis-habisan di game ketiga. ”Tapi, kami sudah siap itu semua. Adu strategi saja,” kata Herry.

Hal positif lain yang bisa dilihat dari laga kemarin, komunikasi Marcus dan Kevin sangat bagus. Mereka sering ngobrol. Saat kalah pun, mereka tetap saling support. Marcus memeluk Kevin. Herry menyatakan, mereka juga lebih legawa menerima hasil kemarin. Tidak lagi kecewa berlebihan seperti tahun lalu.

”Mereka (Marcus/Kevin, Red) bisa menerima kekalahan dibanding sebelumnya yang kecewa sama penampilan mereka sendiri,” ungkap Herry. ”Memang kecewa nggak juara. Tetapi, di sisi lain ada plusnya. Mereka jadi tahu, oh seperti ini cara mainnya. Kalah, tetapi dengan permainan yang maksimal,” lanjut pelatih yang berusia 57 tahun tersebut.

Herry optimistis, dengan cara bermain seperti kemarin, Minions sangat bisa mengalahka­n Endo/Watanabe di kesempatan berikutnya. ”Setidaknya kans memenangi pertanding­an lebih besar karena sudah tahu polanya. Memang harus dilihat faktor lapangan, shuttlecoc­k, dan lain-lain. Tidak sekedar teknik,” tandas dia.

 ?? GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS PP PBSI FOR JAWA POS ?? SOLID: Marcus Fernaldi Gideon (kiri) merangkul Kevin Sanjaya Sukamuljo setelah kalah di final All England 2020 di Arena Birmingham dini hari kemarin WIB (16/3).
GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS PP PBSI FOR JAWA POS SOLID: Marcus Fernaldi Gideon (kiri) merangkul Kevin Sanjaya Sukamuljo setelah kalah di final All England 2020 di Arena Birmingham dini hari kemarin WIB (16/3).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia