Periksa Gratis Hanya PDP dan ODP
Sembilan Pasien Dirawat di RSUA
SURABAYA, Jawa Pos – Sejak Indonesia menyatakan darurat Covid-19, masyarakat berbondong-bondong memeriksakan diri ke Crisis Center Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Puncaknya pada Minggu (16/3), jumlah pasien yang datang mencapai 117 orang. Sementara itu, jumlah tenaga medis yang berada di crisis center terbatas.
Ketua Tim Satgas Korona RSUA dr Prastuti Asta Wulaningrum SpP mengatakan, animo masyarakat sangat tinggi. Sejak Crisis Center Covid-19 RSUA dibuka hingga kemarin, total ada 550 orang yang berkunjung. Status pasien yang berkunjung ke crisis center beragam. Ada beberapa orang yang sehat tanpa gejala. Mereka datang karena panik. Ada pula orang dalam pemantauan (ODP) yang menjalani rawat jalan dan rawat inap serta pasien dalam perawatan (PDP)
Jika pasien membeludak, ruangan jadi sesak. Potensi berdesak-desakan makin tinggi.”
DOKTER PRASTUTI ASTA WULANINGRUM SPP Ketua Tim Satgas Korona RSUA
J
Prastutimenambahkan,crisiscenter membatasi100pasienperhari.Jika lebih dari itu, pelayanannya tidak optimal. Risikonya, banyak pasien yang marah karena tidak segera ditangani. Selain itu, pembatasan pasiendilakukanuntukmeminimalkan penularan infeksi.
”Jika pasien membeludak, ruangan jadi sesak. Potensi berdesakdesakan makin tinggi,” katanya.
Banyaknya pasien yang datang ke crisis center juga disebabkan informasi yang diterima masyarakat tidak lengkap. Khususnya soal pemeriksaan gratis Covid-19. Pemeriksaan gratis tersebut hanya berlaku untuk pasien berstatus PDP dan ODP yang dirawat inap dan dilakukan swab untuk pemeriksaan Covid-19. Sementara itu, pasien tanpa gejala yang mengarah Covid-19 tetap mengikuti prosedur pasien umum.
”Banyak yang salah informasi tentang pemeriksaan gratis. Tidak semua pasien bisa dites lab untuk mengetahui Covid-19,” ujarnya.
Untuk kriteria PDP, pasien memiliki gejala sakit pernapasan. Setelah foto toraks, diketahui adanya radang paru-paru, memiliki riwayat perjalanan ke negara yang pandemi Covid-19, dan pernah kontak dengan pasien positif Covid-19.
”Banyak masyarakat yang protes tentang kebijakan yang berubah-ubah. Hal itu dilakukan dengan mengikuti perkembangan protokol kesehatan Covid-19. Menyesuaikan dengan kondisi saat ini,” jelasnya.
Saat ini, petugas medis di poli khusus atau crisis center terdiri atas satu dokter spesialis paru, dokter umum, dua perawat radiografer, petugas laboratorium, dan petugas yang mengambil swab. ”Pada pasien masuk dan foto toraks biasanya bisa lama. Antara dua jam. Semakin banyak orang datang, akan lebih lama lagi. Begitu juga antrean laboratorium,” ujarnya.
Dokter Alfian Nur Rosyid SpP mengatakan, hingga saat ini pasien yang dirawat di ruang isolasi RSUA berjumlah sembilan orang. Mereka terdiri atas 3 berstatus PDP dan 6 berstatus ODP. Rata-rata usia 50–55 tahun. Ada juga yang usianya 20–30 tahun. ”Ini pasien baru masuk Minggu (15/3). Sudah dilakukan swab,” katanya.
Hasil swab juga sudah dikirim ke Layanan Penyakit Tropik RSUA. Hasilnya bisa diketahui hari ini atau besok. Sembilan pasien tersebut memiliki riwayat perjalanan ke negara pandemi dan kontak langsung dengan pasien positif Covid-19. ”Kondisinya saat ini sudah membaik,” ujar dia.
Direktur RSUA Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM mengatakan, fakta yang terjadi di lapangan kadang tidak pernah diduga. Antusiasme masyarakat tinggi. Sementara itu, tenaga medis tidak bertambah.
”Jadi, saya mengusulkan ke Kadinkes Jatim untuk membuat satgas gabungan,” katanya. Nasronudin menjelaskan, satgas gabungan tersebut bertujuan mengajak seluruh partisipan dari petugas kesehatan di bawah naungan Kadinkes Jatim untuk dimobilisasi ke Crisis Center RSUA.