Giatkan Koordinasi lewat Grup WA dan Manfaatkan Aplikasi
Kebijakan belajar jarak jauh untuk mencegah persebaran virus korona diterapkan sejak kemarin (16/3). Siswa pun dituntut lebih mandiri. Menuntaskan semua tugas dari rumah masing-masing.
Jawa Pos
SEPI. Tidak terdengar suara anak-anak yang riang dan riuh. Tidak terlihat pula bocah-bocah sekolah dasar (SD) yang berlarian di halaman sekolah dengan mengenakan seragam merah-putih. Ruang-ruang kelas hanya berisi deretan bangku tidak berpenghuni. Kantin sekolah pun kosong melompong.
Suasana tersebut tertangkap jelas begitu memasuki gerbang SDN Kapasari VIII kemarin (16/3). Tidak hadirnya para siswa ke sekolah tidak berarti mereka tengah diliburkan. Namun, pembelajaran dialihkan menjadi daring alias belajar jarak jauh.
Tidak bisa dimungkiri bahwa dunia pendidikan mau tidak mau harus ikut terdampak wabah korona. Guru tidak bisa bertatap muka langsung dengan siswa-siswanya dalam mentransfer ilmu dan halhal baik lainnya. Untuk sementara, mereka melakukan komunikasi dan pembelajaran secara digital. Namun, guru-gurunya tidak berarti juga di rumah. Para tenaga pendidik tetap melakukan berbagai aktivitas di sekolah. Misalnya, guru-guru SDN Kapasari VIII yang memenuhi kewajiban untuk datang ke sekolah kemarin
J
Mereka menyelesaikan beberapa kegiatan yang termasuk dalam kelompok kerja guru (KKG). Salah satunya melaksanakan miniworkshop internal untuk membahas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Juga, merapatkan rencanarencana kegiatan sekolah untuk beberapa pekan mendatang.
’Guru-gurutetapmasukkesekolah. Mereka mengisi waktunya untuk membahas dan mendiskusikan berbagaihal,terutamaterkaitmetode pembelajarandaring,’ kataRiniWinarsih, kepalaSDNKapasariVIII.
Dia menuturkan, untuk sementara pihak sekolah memberikan tugas kepada siswa lewat grup WhatsApp yang dibentuk di setiap kelas. Anggotanya wali murid dan guru kelas. Grup itu menjadi sarana utama untuk saling berkoordinasi.
Sehari ada satu tugas yang harus dikerjakan siswa dari rumah. Hasilnya tetapbisadipantaukarenadikirimkan lewatgrup.Tugas-tugasitupunakan dikumpulkansaatsiswa-siswadiperbolehkan lagi kembali ke sekolah. Rini menyebut belajar daring semacam itu sangat memerlukan kerjasamasekaliguskesadaranyang tinggi dari orang tua. Mereka harus rela menyisihkan waktu untuk menemanisekaligusmengevaluasi hasil belajar buah hatinya.
Rini menyebutkan, kendala terbesar adalah tidak semua siswa memiliki ponsel atau unit komputer maupun laptop yang tersambung dengan koneksi internet di rumahnya. Selain itu, perlu strategi tersendiri untuk mengarahkan dan membiasakan anak-anak dengan metode belajar jarak jauh seperti itu.
Metode belajar daring sejauh ini memangsudahdikenalkan,terutama untuk siswa kelas VI. Hal itu diungkapkangurukelasVIHariSetiawan. Sejatinya dia membiaskan metode belajartersebutsejaktryout(TO)ujian nasional (UN) pada Januari lalu.
Koordinasi penugasan yang terstruktur lewat grup WhatsApp juga dilakukan SMAN 2. Martin Johanes, salah satu siswa kelas XII, menuturkan bahwa grup WhatsApp terbentuk di setiap kelas. Kemarin dia sendiri diberi tugas mengerjakan sejumlah soal bahasa Indonesia. Setelah selesai, Martin wajib memotret tugas tersebut dan mengirimkannya lewat pesan pribadi kepada guru pengampu mapel bahasa Indonesia.
Menurut dia, belajar bareng di sekolah dengan teman-teman jauh lebih asyik. Bisa saling bertanya dan berdiskusi atau langsung bertanya pada guru jika ada soal yang rumit dan belum dimengerti.
Sebelumnya, tepatnya pada Minggu (15/3), Martin belajar kelompok dirumahnyabersamatigatemannya. Sang mama, Vivi Cahyaningrum, bahkan menyiapkan hand sanitizer, sabun cair, hingga vitamin C untuk Martin dan teman-temannya. ’’Stamina dan istirahat cukup saat ini sangat penting,’’ kata Vivi.
Pengalaman lain dirasakan Sabilla Nariya. Siswa IX F SMPN 28 itu lebih banyak melakukan aksesnya melalui ponsel. Sejak pukul 07.00 dia stand by menanti instruksi dari gurunya.
Kelas online dimulai dengan presensi dari wali kelas. Tiap siswa dimintamengisinamalengkapsesuai nomor absen. ’’Ada sih beberapa kawan yang telat isi karena nggak online sejak pagi,’ ucap Sabil.
Sabil menuturkan, sebenarnya tidak banyak informasi yang disampaikan di grup. Guru membuka kelas, kemudian memberikan link materi yang harus dipelajari. ’’Nah, terus dikasih ini soal yang harus dikerjain ya. Deadline jam 3 sore, gitu,’’ jelasnya.
Grup kelasnya cenderung sepi. Jadi, siswa bebas melakukan pembelajaran mandiri. Kalau bingung, siswa baru bertanya di grup atau melalui japri ke wali kelas. Ada pula guru yang meminta siswa mengerjakan soal dari buku.
’’Nanti hasilnya difoto, lalu dikirim ke gurunya atau diketik, terus die-mail,’’ paparnya.
Di sisi lain, Universitas Dinamika (Undika) melangsungkan kelas secara online dengan menggunakan aplikasi Brilian. Dalam kelas online tersebut, dosen secara langsung menjelaskan materi dan mahasiswa bisa tanya jawab dengan dosen.
Misalnya, yang dilakukan dosen sistem informasi Ayouvi Poerna Wardhanie saat mata kuliah e business kemarin. Kegiatan kuliah yang diikuti 45 mahasiswa itu berlangsung lancar. Bahkan, beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan untuk berdiskusi.