Kesakitan, Telepon Pacar, Malah Dicueki
Sidang Kasus Aborsi Anak-Bapak
SURABAYA, Jawa Pos – Eka Zulifah sempat menelepon pacarnya, Affandi Ahmad Jaelani, saat perutnya mules menjelang melahirkan bayinya. Dia meminta pacarnya yang bekerja sebagai sopir taksi online itu datang ke rumahnya untuk menolongnya. Ketika itu perempuan 19 tahun tersebut sudah merasakan sakit pada perutnya.
’’Tapi, pacar saya tidak mau datang. Dia malah minta saya menyuruh tetangga sama bapak untuk membantu proses persalinan,’’ ujar Eka saat memberikan keterangan dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya kemarin (16/3).
Eka yang sudah tidak tahan dengan rasa sakit berteriak minta tolong. Teriakannya menjelang subuh pada 15 September 2019 itu membangunkan ayahnya, Muslich, yang tidur di ruang tamu. Pria 57 tahun tersebut bergegas ke kamar anaknya. ’’Dia teriak sakit, mau keluar. Mau keluar apa, saya lihat dia jongkok di kamar. Saya angkat ke tempat tidur. Saya tekan perutnya, keluar bayinya,’’ kata Muslich.
Muslich mengklaim bahwa bayi itu keluar dari rahim anaknya dalam kondisi meninggal. Dia membungkus bayi tersebut dengan menggunakan pakaian. Setelah merawat Eka selama satu jam, bayi itu dibuang di sungai dekat rumahnya. ’’Saya buang karena panik. Bingung saya. Masak punya anak perempuan melahirkan nggak punya suami. Malu sama tetangga,’’ ucapnya.
Eka mengaku saat melahirkan tidak sempat melihat bayinya. Dia beralasan tidak kuat mengangkat badannya. Dia juga enggan melihat bayinya karena sakit hati dengan pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab. Menurut dia, pacarnya dari awal yang menyuruhnya mengaborsi bayi yang dikandung. ’’Saya kecewa sama pacar saya karena tidak tanggung jawab dari awal,’’ katanya.
Upaya mengaborsi bayinya dilakukan sejak usia kehamilan tujuh bulan. Dia minum minuman berkarbonasi dan makan nanas untuk menggugurkan janinnya atas perintah pacarnya. ’’Saya menyesal. Kok mau saya ikuti saran pacar saya,’’ ucapnya sembari menangis di hadapan majelis hakim yang diketuai Johanis Hehamony.