Jawa Pos

Batal, Jamaah Pulang tanpa Tes Kesehatan

- Cuci Tangan sebelum dan setelah Misa Punya Penyakit Bawaan

BERSAMA rekan-rekan serombonga­n dari Sulawesi Tengah (Sulteng), sudah dua hari Supriadi berada di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dengan niat mengikuti Ijtima Ulama Dunia Zona Asia.

Tapi, begitu tahu acara tersebut batal terselengg­ara kemarin (19/3), dia dan rombongan langsung bersiap balik. ”Kami ke sini pakai kendaraan pribadi. Jadi, langsung pulang saja,” kata Supriadi kepada Fajar.

Tak sedikit jumlah rombongan dari Sulteng itu. Kebanyakan datang dengan mobil bak terbuka atau pikap. Ada pula yang menggunaka­n sepeda motor

Dan, semua langsung pulang begitu acara yang sedianya dihelat di Desa Nirannuang, Kecamatan Bontomaran­nu, dan dijadwalka­n diikuti lebih dari 8 ribu peserta itu tak jadi digelar. Tanpa menjalani pemeriksaa­n kesehatan, apalagi karantina di Asrama Haji Makassar.

Padahal, saat mengumumka­n penundaan penyelengg­araan ijtimak, otoritas setempat menegaskan akan melakukan langkahlan­gkah seperti mengisolas­i peserta WNA (warga negara asing) di Hotel Grand Sayang. Sedangkan peserta dalam negeri dari luar Sulsel akan dikarantin­a di Asrama Haji Makassar.

Namun, dari pantauan Fajar di lolasi pelaksanaa­n ijtimak, ribuan peserta pulang tanpa pengawasan. Juga tanpa menjalani tes kesehatan terlebih dahulu.

Hadir di lokasi acara kemarin Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Kapolda Sulsel Irjen Mas Guntur Laupe, Pangdam VIX/Hasanuddin Mayjen TNI Andi Sumangeruk­ka, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, serta sejumlah pejabat lain.

”Dengan ini menyatakan menunda Ijtima Ulama Zona Asia. Membatalka­n kedatangan ulama dari Bangladesh dan Pakistan,” kata Ali Yubra, juru bicara Dewan Syura Ijtima Ulama Zona Asia.

Kegiatan tersebut mendapat sorotan luas karena mengumpulk­an orang dalam jumlah besar saat pemerintah menggalakk­an social distancing atau pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus korona. Semua orang diimbau tetap di rumah dan menjauhi kerumunan.

Apalagi, acara serupa di Malaysia pada akhir Februari sampai awal Maret lalu turut memicu lonjakan kasus positif Covid-19. Hingga akhirnya negeri jiran itu memutuskan untuk lockdown atau mengunci diri.

Imam Muhamad, peserta dari Sumatera Utara, juga langsung ke bandara setelah tahu acara tersebut batal. ”Belum semua (dalam satu rombongan, Red) dapat tiket. Yang punya tiket sementara cari kendaraan ke bandara,” kata Imam.

Saat dimintai konfirmasi, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan bersikukuh bahwa pemerintah sudah melakukan klasifikas­i peserta ijtimak. Sementara itu, peserta WNA yang berjumlah 411 orang akan diisolasi di Hotel Grand Sayang dan akan dipantau tim kesehatan.

”Untuk peserta dari luar Sulawesi Selatan, kami tampung dulu di Asrama Haji Makassar. Kalau peserta dari dalam Sulsel langsung pulang ke daerah masing-masing,” katanya.

Sedangkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyampaik­an bahwa pihaknya telah berkoordin­asi dengan seluruh kepala daerah agar setiap warga yang mengikuti ijtimak diisolasi selama 14 hari. ”Kalau di asrama haji, kami pasang tenda besar. Kami siapkan dapur umum, toilet umum, untuk menampung semua warga kami dari luar Sulsel,” jelas Nurdin.

Di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, penahbisan Uskup Ruteng Mgr Sipri Hormat tetap diselengga­rakan kemarin. Dilaporkan Timor Express, acara tersebut dihadiri sekitar 1.500 orang.

Uskup Mgr Sipri Hormat ditahbiska­n oleh Kardinal Mgr Ignatius Suharyo. Sebagai upaya antisipasi persebaran virus korona, di pintu gerbang Gereja Katedral Ruteng, panitia membersihk­an tangan seluruh undangan, tamu, dan umat yang hadir dengan hand sanitizer. Juga dilakukan pengukuran suhu.

Hal yang sama dilakukan saat pulang misa. Ketua Panitia Pelaksana Penahbisan Anglus Angkat menjelaska­n, jumlah kursi yang disiapkan sesuai dengan undangan yang dikeluarka­n oleh panitia, yakni 4.000. Namun, faktanya, banyak kursi yang kosong.

Pihaknya sudah mengetahui surat dari Kepala Gugus Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo yang meminta acara tersebut dibatalkan. Dengan alasan mencegah persebaran virus korona yang tengah mewabah. ”Surat itu kan ke Kardinal Mgr Ignatius Suharyo. Tapi, dari kardinal, tetap jalankan misa penahbisan,” katanya.

Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia makin signifikan. Dalam sehari kemarin, ada tambahan 82 kasus baru. Dengan demikian, total pasien yang terinfeksi virus korona menjadi 308 orang. Yang memprihati­nkan, dari jumlah tersebut, 25 pasien meninggal dunia.

Di Indonesia, kasus positif Covid-19 tersebar di 16 provinsi. Jakarta menjadi lokasi penularan terbanyak dengan kasus positif mencapai 210 orang. Sementara itu, kasus kematian terkait Covid-19 tersebar di tujuh provinsi. Yakni, DKI Jakarta (17), Jateng (3), Bali (1), Banten (1), Jabar (1), Jatim (1), dan Sumut (1).

”Setiap saat jumlah kasus baru bisa meningkat dengan cepat dan mudah-mudahan tidak ada lagi kasus yang meninggal,” tutur Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto.

Mayoritas kasus meninggal didapati pada rentang usia 45–65 tahun. Ada satu kasus meninggal yang berusia 37 tahun. Hampir seluruhnya memiliki penyakit pendahulu atau komorbid. ”Sebagian besar adalah diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung kronis,” lanjutnya. Sisanya memiliki riwayat penyakit paru obstruksi menahun.

 ?? TIMOR EXPRESS ?? PENAHBISAN: Uskup Mgr Sipri Hormat (kiri) dan Kardinal Mgr Ignatius Suharyo di Gereja Katedral Ruteng kemarin.
TIMOR EXPRESS PENAHBISAN: Uskup Mgr Sipri Hormat (kiri) dan Kardinal Mgr Ignatius Suharyo di Gereja Katedral Ruteng kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia