Antisipasi Tekanan pada Kuartal II
Harus Bisa Jaga Daya Beli
JAKARTA, Jawa Pos – Disrupsi produksi akibat wabah Covid-19, mau tak mau, turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pada kuartal I ini, angka pertumbuhan bakal terkoreksi menjadi di bawah 5 persen. Itu menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk lebih berhati-hati mematok target pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya.
’’Prospek ekonomi pada Februari sebetulnya bagus dan perkiraan BKF (Badan Kebijakan Fiskal) hingga dua minggu pertama (bulan ini) pertumbuhan ekonomi kuartal I/2020 antara 4,5 sampai 4,9 persen,” terang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kemarin (19/3).
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan bahwa proyeksi tersebut telah mempertimbangkan sejumlah indikator. Salah satunya adalah wabah Covid-19 yang menyebar dengan sangat cepat dan menghantam perekonomian global. Termasuk Indonesia.
Selain melemahkan sektor pariwisata dan mengacaukan rantai pasok global, wabah yang kali pertama terdeteksi dari Wuhan, Tiongkok, itu turut mengganggu pola konsumsi masyarakat. Langkah work from home (WFH) sebagai antisipasi meluasnya wabah membuat tren konsumsi masyarakat turun. Sebab, semua aktivitas terpusat di kediaman masing-masing.
’’Jadi, ini memberikan dampak pada sisi demand (permintaan) konsumsi maupun supply(pasokan) sehingga yang terjadi adalah disrupsi produksi,’’ tutur Ani. Dia menambahkan,self-isolation akan memengaruhi seluruh kegiatan masyarakat. Juga, pola konsumsi dan perilaku sosial ekonomi masyarakat.
Kendati demikian, menurut Ani, pertumbuhan ekonomi kuartal I yang tidak maksimal masih lebih baik ketimbang kondisi Tiongkok pascawabah Covid-19. Selanjutnya, pemerintah akan menjadikan kondisi perekonomian saat ini sebagai alasan untuk lebih berhati-hati dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II.
’’Pada triwulan II nanti kita menghadapi tekanan yang cukup signifikan,’’ ujar Ani. Tapi, dia berharap pola konsumsi masyarakat pada periode mendatang sudah lebih baik. Terutama karena ada musim mudik, tunjangan hari raya, Lebaran, dan pemberian gaji ke-13.
Sementara itu, ekonom Indef Bhima Yudhistira menyatakan bahwa wabah Covid-19 memang menekan konsumsi masyarakat. Kondisi itu, menurut dia, bisa membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 lebih tertekan.
’’Saya proyeksinya (kuartal I 2020) antara 4 sampai 4,2 persen karena kontraksinya terasa sejak awal Januari,” ujarnya kepada Jawa Pos.
Dengan kondisi itu, menurut Bhima, langkah terpenting yang bisa diambil pemerintah adalah menjaga daya beli masyarakat. Khususnya masyarakat yang miskin dan rentan miskin. Dia berharap pemerintah bisa menerbitkan kebijakan-kebijakan responsif yang berdampak signifikan bagi masyarakat.
’’PKH (program keluarga harapan) ditambah, bansosnya dinaikkan. Pemerintah juga seharusnya menurunkan harga BBM subsidi karena harga minyak mentahnya rendah,” papar Bhima.(dee/c7/hep)