Visual Membaik, Skrip Biasa Aja
Setelah menuai banyak kritik sejak trailer pertamanya dirilis, Sonic the Hedgehog kini berhasil mengukuhkan status sebagai salah satu film adaptasi video game terbaik sepanjang masa.
PUJIAN akhirnya diberikan kritikus dan moviegoers. Bahkan, pendapatan opening di Amerika Utara menjadi yang tertinggi di antara film adaptasi video game lainnya.
Diadaptasi dari video game asal Jepang produksi Sega, Sonic the Hedgehog mengisahkan seekor landak biru antropomorfik dari dimensi lain yang memiliki kecepatan supersonik. Kekuatan itulah yang diincar suku Echidnas. Berkat sekantong cincin yang diberikan Longclaw the Owl, Sonic (Ben Schwartz) berhasil kabur ke bumi. Dia berhasil hidup dengan damai di tempat rahasia di Green Hills, Montana.
Suatu malam, tanpa sengaja, kekuatan supernya memicu gelombang elektromagnetik di seluruh negeri. Akibatnya, listrik padam. Pemerintah setempat kemudian menugasi seorang ilmuwan genius bernama Doctor Robotnik (Jim Carrey) untuk mencari tahu penyebabnya. Robotnik berhasil menemukan keberadaan Sonic. Alhasil, kini Sonic kembali dikejar. Namun, dia dibantu sahabat lamanya, Tom Wachowski (James Marsden).
First look karakter Sonic ditampilkan dalam trailer perdana yang dirilis pada Mei tahun lalu. Sejak saat itulah, kritikus dan fans video game Sonic beramai-ramai mengkritik tampilan wajah Sonic dan proporsi tubuhnya yang dinilai aneh. Ditambah gigi ala Humanic yang tidak imut. Namun, sutradara Jeff Fowler mendengar kritik tersebut dengan cepat. Paramount Pictures memundurkan jadwal rilis selama tiga bulan. Para desainer animasi kembali bekerja.
Beruntung, tampilan Sonic yang baru mendapat sambutan positif. Setidaknya bagi fans video game
Sonic itu sendiri. ’’Tapi, sementara tampilan baru merupakan peningkatan besar,’’ komentar Amon Warmann, kolumnis Empire. Meski cukup baik, improvisasi visual Sonic tidak cukup memuaskan secara keseluruhan film.
Skenario rancangan Pat Casey dan Josh Miller dinilai terlalu biasa saja. Michael Gingold, kolumnis TimeOut, bahkan terangterangan menyebut film itu mengambil banyak inspirasi dari beberapa film. Misalnya, Bumblebee (2018) yang merupakan spin-off franchise Transformers. Atau, karakter Tony Stark dalam Marvel Cinematic Universe yang dituangkan dalam sosok Robotnik. Juga, nuansa ala Ant-Man and the Wasp (2018). ’’Paramount terkenal telah mengolah lagi tampilan Sonic ketika trailer pertamanya memicu kepanikan online; mungkin seharusnya para penggemar juga mengonsultasikan skenarionya,’’ sindir Gingold. Meski begitu, film itu juga tidak buruk-buruk amat karena masih bisa dinikmati dan membikin ketawa meski Anda bukan penggemar versi video game-nya.
’’Ini adalah film keluarga lucu yang akan menyenangkan penonton muda dan mengejutkan penonton tua bahwa itu adalah bencana dalam pembuatannya,’’ tulis Alistair Ryder, kolumnis The Digital Fix.
Di samping itu, para kritikus menyoroti penampilan Carrey sebagai villain dalam film tersebut. Carrey yang bertingkah selayaknya Carrey tampil outstanding. Penampilannya disebut sebagai penyeimbang sempurna untuk skenario yang medioker dan pengembangan karakter yang cukup minim. ’’Carrey adalah senjata film yang paling berharga, membiarkan kita berkubang dalam kekonyolan dan kegigihannya,’’ komentar Bilge Ebiri, kolumnis Vulture.