Jawa Pos

Yanto Jenuh karena Hanya Mengisi Waktu dengan Makan, Tidur, dan Joging

Dampak pandemi korona juga dirasakan pesepak bola tanah air di mancanegar­a. Selain harus ’’menganggur’’ lantaran kompetisi dihentikan, mereka mencemaska­n kondisi keluarga di kampung halaman.

- FARID S. MAULANA,

TAK ada yang bisa dilakukan Yanto Basna selain pasrah. Bermain di Thai League 1 bersama PT Prachuap musim ini, dia harus menerima kenyataan bahwa kompetisi di Negeri Gajah Putih itu dihentikan. Penyebabny­a, meluasnya persebaran virus korona (Covid-19). Keinginan pulang pun diurungkan. Sebab, dia melihat kondisi Thailand dan Indonesia sama saja.

Mantan pemain Sriwijaya FC tersebut sempat berniat pulang ke Indonesia. Sebab, dia jenuh melewati hari-hari di Thailand tanpa aktivitas sepak bola. Pria asal Sorong itu merasa hari-harinya berjalan sangat lambat. ’’Membosanka­n, kadang-kadang mengerikan,’’ ucapnya.

Memang, di kota tempat tinggalnya, Prachuap, virus korona belum begitu mewabah. Namun, perasaan cemas tetap menyelimut­inya. Apalagi jika dia memikirkan keluarga di Jayapura. Walau tidak pernah update soal korona di Indonesia, dia tahu virus tersebut juga mewabah. ’’Saya sering telepon keluarga, tapi tidak pernah update soal virus. Yang penting keluarga sehat,’’ ujar bek timnas Indonesia tersebut.

Rasa bosan, takut, serta rindu keluarga itulah yang sempat memunculka­n niat untuk membeli tiket pulang ke Indonesia. Namun, hal tersebut langsung diurungkan ketika mendengar rekan setim, Baihakki Khaizan, dikarantin­a pemerintah Thailand. Baihakki dikarantin­a sesaat sebelum terbang ke negaranya, Singapura. Dia dikarantin­a di sekitar bandara selama 14 hari.

Selain itu, Yanto mendengar kabar ada pemain asal Tiongkok yang baru saja pulang dari Thailand. Di Tiongkok, pemain tersebut ternyata positif korona setelah dari Thailand. Yanto akhirnya memutuskan stay di apartemenn­ya. Entah sampai kapan.

’’Mau ke luar liburan di kota lain, tapi situasi belum membaik. Lebih baik waspada,’’ terangnya. Yanto makin jenuh. Sebab, klub meliburkan aktivitas latihan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. ’’Sebelumnya pernah latihan, kami disuruh pakai masker. Susah sih,’’ ujarnya, lantas tersenyum.

Untung, Prachuap dekat dengan pantai. Rasa bosan yang menderanya bisa hilang dengan main ke pantai. Dia sekaligus bisa bernostalg­ia ketika sering bermain di pantai saat masih kecil di Jayapura.

Untungnya pula, pantai di Prachuap sepi. Karena itu, ketakutan akan virus korona sedikit hilang. ’’Biasanya joging ke pantai. Karena tidak latihan, saya tetap harus jaga kondisi badan sebagai pemain sepak bola,’’ ujarnya.

Jika tidak ada pantai, Yanto tidak tahu apa lagi yang bisa mengusir rasa bosannya. Rutinitasn­ya sama setiap hari. Bangun pagi, sarapan, menunggu waktu siang, makan lagi, menunggu datangnya malam, makan, lantas tidur. Sesekali joging di sela waktu tersebut. ’’Makan, tidur, joging, gitu-gitu saja sih,’’ ucapnya.

Selain rutinitas itu, ada kegiatan tambahan yang dilakukan. Yakni, menjaga kebersihan. Yanto sudah diberi pemahaman soal virus korona oleh timnya. ’’Ya, saya sering cuci tangan sekarang. Kalau keluar, pakai masker. Yang jelas, saya berusaha tidak ke luar kota dan berkerumun dengan orang banyak dulu,’’ terangnya.

Yanto berharap situasi seperti saat ini cepat berakhir. Sebab, virus korona membuat banyak orang khawatir dan takut. Dia sangat tidak nyaman akan kondisi seperti itu. ’’Semoga cepat berjalan normal lagi seperti biasa. Sepak bola bisa jalan lagi. Semua sehat selalu,’’ harapnya.

 ?? DOK YANTO BASNA ?? MULAI JENUH: Yanto Basna melawan rasa jenuh dengan memilih menikmati suasana pantai di Kota Prachuap, Thailand.
DOK YANTO BASNA MULAI JENUH: Yanto Basna melawan rasa jenuh dengan memilih menikmati suasana pantai di Kota Prachuap, Thailand.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia