Jawa Pos

Faskes Perketat Protokol Kunjungan

-

PUSKESMAS Wonokromo meningkatk­an kewaspadaa­n terhadap persebaran virus korona. Fasilitas kesehatan (faskes) tersebut menerapkan social distancing, terutama di ruang tunggu calon pasien. Caranya, memberi sekat atau jarak di setiap tempat duduk pasien.

Upaya tersebut dinilai mampu meminimalk­an persebaran virus melalui kontak langsung. Selain itu, pihak puskesmas memasang larangan membawa anak di bawah 12 tahun yang tidak sakit.

Tak dimungkiri, tempat pelayanan kesehatan menjadi salah satu area rawan persebaran virus yang dikenal dengan Covid-19 itu. Salah satunya puskesmas

Karena itu, dinas kesehatan memberikan anjuran penerapan socialdist­ancingdise­tiappuskes­mas. Tentunyadi­sesuaikand­engankondi­si setiap puskesmas. ”Ini arahan dari dinas,” ucap dr Dwi Prihatinin­gsih, pelaksana harian Puskesmas Wonokromo, kemarin (19/3).

Dia menuturkan, social distancing diterapkan di dalam area puskesmas. Caranya, tempat duduk pasien dipasangi stiker pembatas. Dengan demikian, antara satu pasien dan yang lain tidak saling berdekatan. Selain imbauan dari dinas, hal itu dilakukan karena jumlah pasien yang datang cukup banyak. Sehari setidaknya ada 200 warga yang datang.

Dari jumlah tersebut, tidak semuanya berobat. Ada pula yang mengurus surat keterangan sehat. Artinya, mereka datang dalam kondisi sehat. Upaya tersebut, lanjut Dwi, di samping bentuk antisipasi persebaran korona, juga dapat mencegah penularan penyakit lain melalui udara. ”Ini baru diterapkan hari ini (kemarin, Red),” ungkapnya.

Dengan pemberian sekat itu, daya tampung ruang tunggu pasien di puskesmas pasti berkurang. Antisipasi­nya, mereka harus antre di luar. Jadi, setelah ada ruang yang kosong, mereka baru dipanggil untuk masuk. Sebab, jika tetap menunggu di dalam ruangan, social distancing dinilai percuma.

Kepala Puskesmas Wonokromo dr Era Kartikawat­i menambahka­n, selain penerapan social distancing, pihaknya juga memberikan imbauan kepada masyarakat. Salah satunya larangan membawa anak di bawah 12 tahun yang sehat ke puskesmas. Tujuannya tidak lain agar tidak terpapar virus atau penyakit. ”Pamflet juga sudah kami pasang,” katanya.

Di samping itu, tempat cuci tangan sudah ditambahka­n di area depan puskesmas. Warga bisa mencuci tangan saat keluar dan masuk area puskesmas. Hand sanitizer dan sabun tangan, kata Era, disiapkan sejak jauh hari. Harapannya, warga bisa masuk dan keluar dalam keadaan steril.

Salah seorang pasien M. Hopi mengungkap­kan, penerapan social distancing tersebut secara tak langsung bisa membuat nyaman warga yang datang. Dia berharap masyarakat bisa menaati peraturan tersebut.

Di tempat lain, Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya Jemursari juga menerapkan prosedur yang ketat terhadap pengunjung rumah sakit. Setiap pengunjung harus melalui serangkaia­n pemeriksaa­n sebelum masuk ke RSI. Di antaranya, pemeriksaa­n suhu tubuh dengan infrared thermomete­r.

Pemeriksaa­n tersebut dilakukan sejak Jumat lalu (13/3) di empat akses utama pintu masuk rumah sakit itu. Kabid Pelayanan dr Narolitha mengungkap­kan, update terakhir kemarin (19/3), ada 20 orang dalam pengawasan (ODP) yang sudah dilaporkan ke Dinkes Jatim.

Dia menjelaska­n, setiap pengunjung RSI yang terdeteksi memiliki suhu tubuh di atas 37,8 derajat Celsius akan menjalani tes lebih lanjut bersama dokter dan perawat di instalasi gawat darurat (IGD). Selain itu, dokter melakukan tanya jawab mendalam pada orang tersebut. ”Kalau ada anamnesis, kami lakukan cek darah dan foto toraks,” ujarnya. Anamnesis merupakan riwayat seseorang melakukan kontak langsung dengan penderita Covid-19. Atau memiliki riwayat perjalanan ke daerah atau negara terjangkit dalam beberapa waktu terakhir.

Prosedur cek darah dan foto toraks dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya pneumonia atau radang paru pada orang tersebut. ”Dari dua prosedur itu, ada 20 ODP. Status itu juga dikeluarka­n berdasarka­n konsultasi dengan pihak dinkes. Mereka tidak menunjukka­n gejala pneumonia, tapi punya anamnesis,” terangnya.

Semua ODP diwajibkan menjalani isolasi mandiri di rumah. Dia tidak diperboleh­kan melakukan kontak dengan banyak orang selama 14 hari. Pihak dinkes juga melakukan pemantauan secara berkala. Selain itu, ODP diberi form kesehatan. Isinya, antara lain, hal-hal yang harus dilakukan selama berada di dalam rumah. Jika sewaktu-waktu kondisi kesehatann­ya dirasa tidak baik, ODP bisa segera menghubung­i fasilitas kesehatan terdekat di sekitar tempat tinggalnya.

”Untuk foto toraks sendiri dilakukan di ruang khusus. Tidak jadi satu dengan ruang pelayanan kesehatan lain. Itu sebagai skrining awal,” ujar Narolitha. Sementara itu, RSI Jemursari menyediaka­n dua ruang isolasi dengan dua bed sebagai langkah antisipasi. Itu juga dimaksudka­n untuk membantu RSUD jika sewaktuwak­tu ada kondisi darurat yang membuat ruang isolasi penuh.

Direktur RSI Jemursari Prof Dr dr Rochmad Romdoni SpPD SpJP (K) menuturkan, ruang isolasi tersebut sudah dilengkapi sarpras penunjang seperti alat pelindung diri (APD) dan tim medis khusus penanganan korona. Sebelum merebak wabah itu, ruang isolasi tersebut dimanfaatk­an untuk merawat pasien tuberkulos­is (TBC). Selain itu, pihaknya menyiapkan satu ICU khusus isolasi. Dia mengungkap­kan, saat ini pihaknya mulai menyiapkan tambahan dua ruang isolasi baru. Hal itu seiring dengan penunjukan RSI sebagai salah satu RS rujukan tambahan di Jatim.

”Di Jatim total ada 46 RS. Kami sendiri menetapkan siaga I yang artinya harus siap dan cepat tanggap. Dalam waktu dekat, kami tambah dua ruang isolasi baru dengan tekanan negatif,” ungkapnya. Romdoni menegaskan, ruang isolasi itu akan berjarak dengan ruang pelayanan umum. Salah satu spesifikas­inya, ruang isolasi tersebut harus berada dekat dengan akses masuk mobil. Ketika turun dari mobil, pasien bisa langsung masuk ruang isolasi tanpa harus melewati rute yang panjang.

Meski begitu, Romdoni mengimbau masyarakat untuk menyikapi wabah korona dengan tenang, tetapi penuh kesadaran. Dia mewantiwan­ti untuk tidak gampang panik. ”Sebetulnya, korona ini sama dengan flu. Hanya, dia menyebar dengan sangat cepat sehingga banyak yang kena. Tingkat kematianny­a juga hanya 3 persen jika dibandingk­an wabah SARS yang sampai 80 persen. Tapi karena penularann­ya begitu cepat, kita sendiri harus waspada supaya jangan sampai tertular. Yang penting jaga kesehatan, daya tahan tubuh, dan kebersihan,” tegasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia