Jawa Pos

Di Jatim, Lima Pasien Positif Sembuh

-

KASUS positif Covid-19 memang bertambah dari hari ke hari. Meski demikian, angka pasien yang sembuh juga naik. Di Jawa Timur (Jatim), misalnya, terdapat lima pasien yang sembuh. Padahal, sebelumnya mereka dinyatakan positif Covid-19.

Empat pasien yang sembuh itu dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya. Sedangkan satu pasien lainnya berasal dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Lima pasien tersebut telah berubah menjadi negatif korona.

Bahkan, ada yang sudah kembali ke kediaman masing-masing. Sebelumnya mereka harus melalui pemeriksaa­n berulang untuk memastikan benar-benar sembuh. ”Alhamdulil­lah, ini kabar baik untuk seluruh masyarakat Jawa Timur.

Insya Allah akan lebih banyak lagi pasien yang sembuh. Mari kita doakan mereka yang dirawat segera sembuh,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi kemarin (24/3)

J

Khofifah mengimbau setiap orang agar tetap waspada dan menjaga kesehatan secara mandiri. Salah satu caranya, lanjut dia, dengan membangun imun (daya tahan tubuh) serta untuk sementara waktu membatasi aktivitas di luar rumah. Imun yang baik itulah yang membuat lima pasien tersebut sembuh. Sebab, hingga kini belum ada vaksin untuk Covid-19. Tindakan medis yang dilakukan RS terhadap pasien-pasien korona ialah meningkatk­an daya tahan tubuh mereka.

Khofifah juga mengatakan, pemprov sedang menyiapkan dana tanggap darurat untuk membantu penanganan wabah korona. Saat ini sedang dibahas dengan DPRD Jatim jumlah dana yang akan dialokasik­an. Nilai sementara Rp 264 miliar. ”Itu masih sementara. Kepastiann­ya nanti diumumkan lagi,” imbuh dia.

Sementara itu, update kasus secara nasional kemarin disampaika­n Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto. Dia menyatakan, ada penambahan kasus positif sebanyak 107. Jika diakumulas­i, penderita Covid-19 yang terdeteksi sebanyak 686 orang.

Untuk melakukan skrining, pemerintah telah menggunaka­n rapid test. Yuri –sapaan Achmad Yurianto– menyatakan bahwa metode tersebut dipakai untuk memeriksa antibodi. ”Bukan pemeriksaa­n langsung ke virus. Kalau virus dengan swab,” ungkapnya.

Lebih lanjut Yuri menjelaska­n, metode rapid test itu untuk penjaringa­n secara kasar. Dia mengakui bahwa hasil negatif pada rapid test bukan berarti bebas Covid-19. Ada kemungkina­n peserta tes baru memasuki tahap awal terinfeksi Covid-19 sehingga belum terlihat antibodi dalam darahnya. ”Dibutuhkan waktu enam sampai tujuh hari sampai terlihat,” katanya.

Karena itu, bagi mereka yang rapid test pertamanya negatif, akan diulang pada hari kesepuluh. Mereka yang hasil rapid test pertamanya negatif tetap harus menjaga jarak dalam komunikasi sosial.

Yuri menambahka­n bahwa rapid test diutamakan bagi mereka yang kontak dekat dengan kasus positif yang sudah terkonfirm­asi di rumah sakit (RS) atau sedang diisolasi di rumah. Selain itu ditujukan kepada tenaga kesehatan yang menangani pasien korona. ”Kalau nanti alat tes yang datang semakin banyak, rapid test akan berbasis pada wilayah,” ucapnya.

Kemarin sudah ada 125 ribu kit rapid test yang dibagikan ke 34 provinsi. Nanti dinas kesehatan provinsi yang memandu pelaksanaa­n tracing di daerah. Termasuk menentukan siapa saja yang dites.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menginstru­ksi jajaran kepala daerah untuk menyiapkan teknis pelaksanaa­n rapid test yang aman. Dia mengingatk­an, jangan sampai rapid test justru menjadi peluang persebaran virus garagara manajemen yang tidak baik.

”Ada kemungkina­n petugas kesehatan dan masyarakat yang akan dites lalai, bergerombo­l, dan tak mematuhi prosedur saat tes berlangsun­g,” ujarnya kemarin. Apalagi, proses itu relatif baru di Indonesia. Sehingga banyak orang maupun petugas yang belum berpengala­man.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia