Kepekaan Sosial Calon Kepala Daerah
PADA saat wabah korona melanda, ke mana saja para bakal calon kepala daerah yang balihonya terpampang di jalan-jalan? Daripada nanti buat nyogok menjelang coblosan, mending duitnya sekarang digunakan untuk membantu masyarakat yang sedang membutuhkan masker, hand sanitizer, dan cairan disinfektan. Atau membantu pengadaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang terbilang langka.
Kalau itu dilakukan, minimal menjadi catatan amal baik. Yang menurut umat beragama, hal itu diyakini bisa menjadi bekal untuk kehidupan di alam selanjutnya. Kalau pada akhirnya masyarakat menganggap jasa tersebut layak diapresiasi, tentu peluang untuk terpilih sebagai kepala daerah lebih besar.
Pertanyaan-pertanyaan dan nasihat nyinyir seperti di atas tiba-tiba menyusup di aplikasi
WhatsApp. Nadanya memang sindiran. Namun, di dalamnya ada harapan besar untuk melihat kepekaan calon kepala daerah. Mungkin orangorang di aplikasi percakapan itu ingin memberikan pesan moral. Bahwa, calon pemimpin politik jangan hanya mendatangi masyarakat saat membutuhkan suara mereka. Ulurkan tangan saat orang-orangyangakanmengantarkanmuketampuk kekuasaan benar-benar membutuhkan bantuan.
Ya.. Pandemi Covid-19 memang telah menguji banyak hal. Tak hanya sisi keilmuan manusia dalam menjawab serangan penyakit baru. Tapi juga sisi sosial kehidupan yang sangat luas. Mulai kualitas pemimpin, kedisiplinan masyarakat, hingga kepedulian sosial.
Sudah banyak hal yang dilakukan para pemimpin negara untuk mengendalikan wabah korona. Mereka mengerahkan segala sumber daya untuk mengendalikan wabah yang memang sangat menakutkan itu. Anggaran infrastruktur yang tidak mendesak, bahkan anggaran untuk ujian nasional, digeser untuk penanganan wabah.
Namun, sepertinya hal itu tidak cukup. Butuh tanggung jawab bersama dari seluruh masyarakat yang bisa diwujudkan melalui kepedulian sosial. Masih banyak fasilitas kesehatan yang kekurangan APD dan penunjang kesehatan lainnya. Hal yang sama dirasakan masyarakat umum.
Kita patut memuji pihak-pihak yang secara sukarela menggalang dana untuk membantu penanganan wabah. Apalagi terhadap merekamereka yang melakukannya tanpa pamrih. Misalnya, yang dilakukan ormas keagamaan, figur publik, artis, maupun influencer. Terima kasih untuk mereka semua.
Kalau yang tanpa pamrih saja mau repot seperti itu, apalagi yang punya ”pamrih” untuk dipilih menjadi kepala daerah. Malu kalau tidak ambil peran menolong masyarakat, sementara beberapa bulan ke depan ngotot minta tolong untuk dipilih. Silakan segera berlomba-lomba menunjukkan kepekaan sosial dalam penanganan wabah korona. Mudah-mudahan bisa jadi pertimbangan untuk dicoblos.