Jawa Pos

Pemakaman Pasien Covid-19 seperti AIDS

RSUA Siapkan Tim Kesehatan Khusus Tangani Jenazah

-

SURABAYA, Jawa Pos – Rumah Sakit Universita­s Airlangga (RSUA) mengantisi­pasi segala kemungkina­n yang terjadi akibat Covid-19. Termasuk pengurusan jenazah pasien yang meninggal akibat Covid-19. Rumah sakit pendidikan tersebut telah menyiapkan tim kesehatan khusus untuk menangani jenazah.

Penanganan­jenazahCov­id-19diberlak­ukansecara­istimewa,bahkansepe­rtipasien yang meninggal karena HIV/AIDS

Kami terus berupaya agar zero pasien positif Covid-19 yang meninggal. Kami terus berupaya agar mereka sembuh total.’’

PROF NASRONUDIN Direktur RS Universita­s Airlangga

Direktur RSUA Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM mengungkap­kan, pasien positif Covid-19 yang meninggal harus diperlakuk­an khusus. Jenazah harus dimandikan di rumah sakit. Sebab, rumah sakit memiliki pengalaman dan pembekalan khusus dalam penanganan jenazah Covid-19. ’’Pengurusan jenazahnya mirip seperti jenazah pasien HIV/AIDS,’’ katanya.

Nasronudin menjelaska­n, tubuh jenazah positif Covid-19 masih memungkink­an mengeluark­an cairan. Jadi, bisa menular ke siapa saja. Karena itulah, jenazah harus dimandikan di rumah sakit oleh tim kesehatan yang khusus menangani jenazah pasien menular. ’’Tim yang bertugas memandikan jenazah pun harus lengkap menggunaka­n APD,’’ ujarnya.

Jenazah pun harus diberi disinfekta­n dan ditutup dengan plastik agar tidak ada cairan tubuh yang keluar. Karena itulah, ketika dibawa ke rumah, jenazah tidak boleh dibuka sama sekali. ’’Harus percayakan pada kami tim medis. Kalau nekat dibuka, bisa menularkan ke seluruh orang,’’ jelasnya.

Saatini,RSUAjugasu­dahmenyiap­kan tim kesehatan khusus untuk menanganij­enazahposi­tifCovid-19. Ada dua petugas profesiona­l yang ditugaskan.Namun,jumlahters­ebut bisaditamb­ahsesuaike­butuhan.’Kami terusberup­ayaagarzer­opasienpos­itif Covid-19yangmeni­nggal.Kamiterus berupayaag­armerekase­mbuhtotal,’ katanya.

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementeria­n Agama (Kemenag) Jatim Ahmad Zayadi menyatakan, kementeria­n telah mengeluark­an protokol khusus untuk penanganan jenazah Covid-19. Hal itu sesuai dengan edaran dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. ’’Kami sudah menerima dan sudah kami sosialisas­ikan ke kepala seksi Bimas Islam Kantor Kemenag se-Provinsi Jawa Timur, kepada para penyuluh se-Jawa Timur, dan para penyelengg­ara syariah se-Jawa Timur,” ujarnya.

Dia menambahka­n, dalam surat edaran itu sudah tercantum jelas seperti apa prosedurny­a. Misalnya penanganan yang dilakukan petugas rumah sakit. Jenazah ditutup dengan kain kafan atau plastik. ’’Dapat juga jenazah ditutup dengan kayu atau bahan lain yang tidak mudah tercemar,” katanya.

Di sana juga tertulis jelas bahwa jenazah tidak boleh dibuka lagi. Kecuali dalam keadaan mendesak. Misalnya untuk keperluan otopsi dan dilakukan petugas. Tentunya waktu untuk persemayam­an tidak boleh terlalu lama, tidak lebih dari empat jam.

Surat edaran juga mengatur soal salat Jenazah. Yakni, dilakukan di rumah sakit rujukan. Bisa dilakukan di masjid atau rumah, tetapi harus ada kepastian tempat itu memadai. Sanitasi sudah dilakukan secara menyeluruh. Kemudian, dilakukan penyemprot­an disinfekta­n saat rampung.

Untuk teknis pemakaman, minimal jaraknya 50 meter dari sumber air tanah yang digunakan untuk minum serta 500 meter dari pemukiman terdekat. Untuk lubang makam, kedalamann­ya 1,5 meter dan timbunan tanah 1 meter.

’’Setelah prosedur jenazah dilaksanak­an dengan baik, pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah,” pungkasnya.

Kepala UPTD Pemakaman Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Aswin Agung Raharja mengungkap­kan, pihaknya sudah menyiapkan Makam Putat Gede khusus bagi pasien yang terkena virus korona. Makam tersebut dipilih karena lokasinya yang relatif berada di tengah kota. ’’Lahan yang tersedia juga masih banyak. Dari 9 hektare, baru terisi sekitar 70 persen,’’ ujar Aswin kemarin (26/3).

Hingga kemarin siang, belum ada satu pun korban akibat virus korona yang dimakamkan di tempat tersebut. Meski begitu, petugas penguburan sudah diminta bersiap-siap bila ada pasien khusus tersebut.

’’Kami masih menunggu SOPnya dari dinas kesehatan terkait penanganan­nya. Tapi, ini temanteman sudah diberi beberapa alat pelindung diri (APD),’’ jelas Aswin. Alat pelindung diri yang dimaksud adalah sarung tangan khusus, masker, sepatu bot, hingga jas hujan plastik. Mereka memang masih menyiapkan peralatan seadanya tersebut. ’’Tapi, kalau nanti ada petunjuk lebih lanjut soal APD, kami menyesuaik­an,’’ jelasnya.

Dia memastikan bukan hanya petugas makam di Putat Gede yang akan dibekali APD. Petugas di 12 makam lainnya juga akan dibekali APD tersebut.

’’Sementara ini kami tetap menyiapkan petugas dengan APD di semua makam yang dikelola Pemkot Surabaya,’’ sebutnya. Ada 13 makam yang dikelola pemkot. Yakni, Makam Asemjajar, Makam Tembok Gede, Makam Putat Gede, Makam Simokwagea­n, Makam Kembang Kuning, Makam Kapas Krampung, Makam Karang Tembok, Makam Wonokusumo Kidul, Makam

Kalianak, TPU Keputih, TPU Babat Jerawat, Makam Ngagel, dan Krematoriu­m Keputih.

Selain itu, para petugas makam diminta langsung mandi dan keramas setelah penguburan. Mereka juga akan disemprot dengan cairan disinfekta­n khusus. ’’Yang jelas, kami sangat memperhati­kan standar keamanan petugas di lapangan,’’ imbuhnya.

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia