Jawa Pos

Sabar Meyakinkan Tukang Gali Kubur dan Menunggu Ambulans

Sidoarjo menjadi salah satu wilayah zona merah di Jawa Timur. Lima warga telah dinyatakan positif Covid-19. Seorang di antaranya meninggal dunia. Para pejabat dan tim medis serta dinas kesehatan bahu-membahu mengatasi persoalan itu. Termasuk turun tangan

- FIRMA ZUHDI-MAYA A,

PASIEN meninggal pertama di Jatim dimakamkan di Makam Delta Praloyo, Sidoarjo, Kamis dini hari lalu (26/3). Tidak mudah prosesnya. Banyak kesulitan yang mewarnai pemakaman tersebut. Mulai susahnya mencari tukang gali kubur, ketakutan yang dialami sopir ambulans, hingga penjemputa­n yang molor.

Plt Bupati Nur Ahmad Syaifuddin sampai terjun memakamkan sendiri pasien tersebut. Dia merasa bahwa kemanusiaa­n tidak boleh hilang kendati musim pagebluk sedang

Jawa Pos mendera. Dia pun mendamping­i tukang gali kubur. Tujuannya, mereka bisa menjalanka­n tugasnya.

Pejabat yang akrab disapa Cak Nur itu mendapat kabar adanya pasien Covid-19 yang meninggal sekitar pukul 19.00. Beberapa langkah dia ambil. Di antaranya, berkoordin­asi dengan desa di Kecamatan Sedati, tempat tinggal pasien.

Pihak desa membenarka­n warga tersebut tinggal di sana. Namun, perdebatan muncul

g

Yang bersangkut­an ber-KTP di Surabaya. Nah, kebiasaan yang berlaku, makam akan ditentukan sesuai dengan KTP yang meninggal.

Karena itu, Kapolresta Sidoarjo berusaha menghubung­i Pemkot Surabaya. Tujuannya, pasien bisa segera dimakamkan. Berdasar aturan, maksimal empat jam setelah meninggal, pasien harus sudah dimakamkan. Tidak boleh lama-lama. ”Tapi, sepertinya Surabaya tidak siap. Maka, saya putuskan agar segera dimakamkan di Delta Praloyo, Sidoarjo,” kata Cak Nur, sapaan akrabnya.

Namun, yang dihadapi Cak Nur bukanlah perkara mudah. Sesuai dugaannya. Untuk mencari tukang gali kubur, susahnya bukan main. Para tukang gali kubur awalnya ketakutan. Apalagi, korona adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya.

Cak Nur sempat menyerahka­n hal tersebut ke camat dan polsek setempat. Sebab, proses penguburan harus dilakukan malam itu juga. Setelah mencari-cari, akhirnya didapatkan tiga orang. Namun, tukang gali tersebut bersikukuh tidak mau untuk menurunkan jenazah ke liang lahad. ”Saya oke sajalah. Yang penting bagaimana nanti, kita rembukan lagi,” katanya.

Malam itu, ambulans dari dinkes datang. Namun, molornya bukan main. Datang sekitar pukul 03.00 dini hari kemarin. Saat jenazah sudah berada di makam, ternyata para tukang gali kubur sudah meninggalk­an tempat. ”Akhirnya, saya bujuk. Saya ajak ngomongyan­g enak. Kalau tidak mau, lantas siapa yang ahli mengubur?” katanya.

Cak Nur meyakinkan bahwa protokol untuk perawatan jenazah pasien korona sudah dilaksanak­an. Jenazah sudah dibungkus dan dimasukkan peti. ”Tapi, mereka masih ragu. Akhirnya, saya katakan nanti saya ikut bantu mengangkat, menurunkan samasama,” katanya.

Setelah berpikir sebentar, para tukang gali kubur tersebut mau bersama-sama memakamkan. Mereka mengenakan APD lengkap, termasuk dirinya dan Kabid Pengendali­an dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Sidoarjo Muhammad Atho’illah. ”Total lima orang bersama saya, mengangkat dari ambulans, lalu memasukkan ke liang lahad,” tuturnya.

Cak Nur mengatakan, berangkat dari pengalaman tersebut, dirinya akan membentuk satgas atau tim khusus untuk menangani pemakaman jenazah Covid-19. ”Harus itu, jangan sampai seperti itu lagi,” katanya.

Pemkab Sidoarjo juga akan memberikan insentif khusus bagi satgas tersebut. Dia menyebut kepanikan masyarakat luar biasa. Walaupun semua SOP-nya sudah jalan. ”Nyatanya, ambulans saja kita tunggu lama sekali, enggak datang-datang,” katanya.

Menurut dia, yang paling penting harus ada edukasi kepada masyarakat. Masyarakat jangan hanya menyerap info dari luar yang belum bisa dipertangg­ungjawabka­n. Akibatnya, muncul ketakutan yang luar biasa. ”SOP dan ketentuan ditaati,” katanya.

Diamencont­ohkan,diCandipun sempatadao­rangdalamp­emantauan (ODP)yangtidakd­ibesuk.Padahal, yangbersan­gkutanmemb­utuhkan pengecekan­kesehatand­anmakanan. ”Alhamdulil­lah akhirnya sudah dijenguk,” ujarnya.

Selain Cak Nur, Kepala Bidang Pengendali­an dan Pencegahan Penyakit Menular dr M. Atho’illah juga terlibat dalam pemakaman tersebut. Dia mengaku tidak deg-degan saat mengangkat dan menurunkan peti ke liang lahad. ’’Tidak perlu takut berlebihan, tapi tetap waspada,’’ katanya.

Diayakinji­kamenerapk­anaturan yangtepat,siapapunak­anterhinda­r dari sakit. Terutama mereka yang maumenjala­nkanhidupb­ersihdan sehat. Di antaranya, rajin mencuci tangandeng­anmengguna­kansabun. Juga melakukan aktivitas fisik dan istirahatc­ukup.Termasukpe­rlunya melakukan social distancing untuk memutus mata rantai penularan. ’’Agar tidak banyak yang terkena (Covid-19),’ lanjutnya.

Pria yang akrab disapa Atok itu juga minta kepada warga untuk berterus terang tentang kondisinya. Termasuk saat proses tracing . Tidak perlu ada hal yang disembunyi­kan karena malu atau takut.

Tujuannya, bisa segera dilakukan antisipasi penanganan. Misalnya, pernah kontak denan penderita, tapi kondisinya masih fit. Meskipun tidak ada gejala, isolasi dulu hingga masa inkubasi habis. ’’Masyarakat juga jangan langsung mengatakan ada yang sakit korona saat tim datang,’’ imbuhnya. Sebab, hal itu belum tentu benar.

Selain mereka, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sidoarjo drg Syaf Satriawarm­an SpPros juga memberikan atensi sejak awal kasus Covid-19 di Sidoarjo muncul. Kegiatanny­a sekarang tidak hanya rapat dan koordinasi dengan pejabat daerah. Syaf juga harus keliling rumah sakit. Dia ingin memastikan kesiapan ruang isolasi di rumah sakit rujukan. Termasuk memastikan pemakaman warga yang meninggal berlangsun­g lancar.

Sampai sekarang sudah ada lima rumah sakit rujukan di Kota Delta yang dapat menerima PDP virus korona asal Wuhan tersebut. Setiap hari Syaf memastikan rumah sakit siap menerima warga yang harus menjalani perawatan isolasi. Bahkan, dia memikirkan strategi untuk penambahan ruangan. ’’Ruang yang ada sekarang masih kurang,’’ katanya.

Saat ini, di RSUD Sidoarjo, baru ada10ruang­anyangsiap.Kedepan ada penambahan enam ruangan lagi. Total ada 16 ruang isolasi. Di RSI Siti Hajar juga akan ada penambahan­menjadi10r­uangan. Dua ruangan berada di RS Mitra Keluarga, Waru. RS Anwar Medika danRSSitiK­hodijahmas­ing-masing bisa memiliki empat ruang isolasi.

Total tersedia 36 ruangan. Jumlah tersebut masih kurang jika dibandingk­an dengan jumlah PDP yang ada saat ini. Berdasar data, PDP di Sidoarjo sebanyak 40 orang. Tapi, tidak semuanya menjalani perawatan di rumah sakit di Sidoarjo. Ada yang dirawat di Surabaya. ’’Tapi, mereka warga Sidoarjo,’’ kata Syaf. Kondisi mereka tetap menjadi perhatiann­ya. Termasuk dalam melacak para pihak yang berhubunga­n dengan pasien tadi.

 ?? PEMKAB SIDOARJO FOR JAWA POS ?? PEMAKAMAN DINI HARI: Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin membantu memakamkan pasien korona yang meninggal di Delta Praloyo dini hari kemarin. Pemkab akan membentuk tim khusus yang menangani hal itu.
PEMKAB SIDOARJO FOR JAWA POS PEMAKAMAN DINI HARI: Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin membantu memakamkan pasien korona yang meninggal di Delta Praloyo dini hari kemarin. Pemkab akan membentuk tim khusus yang menangani hal itu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia