Dewan Usulkan Rusun Jadi Tempat Isolasi
SURABAYA, Jawa Pos - Antisipasi persebaran Covid-19 masih perlu ditingkatkan. Dewan mengusulkan agar anggaran tidak terduga yang dialokasikan ditambah. Selain itu, rumah susun sederhana sewa (rusunawa) serta sejumlah fasilitas olahraga bisa dipakai untuk isolasi pasien.
Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Surabaya Imam Syafi’i menilai anggaran yang dialokasikan masih jauh dari kebutuhan. Sebagian besar masih hanya untuk program pencegahan. ’’Butuh dukungan anggaran untuk penanganannya,” ujarnya kemarin (26/3).
Menurut Imam, kekuatan APBD (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah) Kota Surabaya masih sangat mampu untuk menyalurkan lebih. Sebab, plot untuk anggaran tidak terduga sebesar 10 persen dari nilai APBD yang mencapai Rp 10,3 triliun. Artinya, nilai Rp 10 miliar yang dialokasikan sementara ini masih sangat kecil.
Imam mengatakan, kegiatan preventif memang perlu. Namun, yang paling efektif adalah melaksanakan imbauan pemerintah pusat dengan melakukan social distancing. ’’Itu lebih hemat anggaran dan dananya bisa dialokasikan untuk membantu para tenaga medis yang bekerja menangani pasien,” katanya.
Politikus Nasdem itu menilai, yang dibutuhkan masyarakat adalah pemahaman terkait Covid-19. Sebab, masih banyak yang belum mengerti dampak persebaran penyakit yang menyerang saluran pernapasan itu. Jika masyarakat sudah paham akan dampaknya, social distancing bisa berjalan efektif.
Anggota Komisi A DPRD Surabaya itu mengatakan, pe_ nambahan anggaran bisa dialokasikan untuk membantu para tenaga medis yang kekurangan APD (alat perlindungan diri). Termasuk menambah ruang isolasi. ”Yang tidak kalah penting adalah para dokter dan perawat itu. Mereka memegang peran yang krusial dengan risiko tinggi. Karena itu, perlu support yang maksimal dari pemerintah daerah,” tuturnya.
Anggota Fraksi PDIP Baktiono sependapat dengan hal tersebut. Menurut dia, pemkot harus mengambil langkah strategis untuk penanganan pasien Covid-19. Anggota Banggar DPRD Surabaya itu mengusulkan agar rusunawa yang belum ditempati dijadikan tempat isolasi sementara.
Menurut dia, kapasitas rumah sakit rujukan terbatas. Bahkan, tidak sedikit yang sudah penuh. Jangan sampai ada pasien yang berstatus OPD (orang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan), atau bahkan suspect yang dipulangkan. ”Iku malah iso nular gak karukaruan,” katanya.
Karena itu, penambahan tempat isolasi diperlukan. Selain rusunawa, pemkot juga bisa menggunakan sarana olahraga seperti Gelora 10 Nopember sebagi tempat isolasi. ”Tidak masalah. Ini kondisi darurat, jadi tidak apa-apa. Tidak ada aturan yang dilanggar,” jelasnya.
Baktiono juga menyinggung besaran anggaran tidak terduga yang dialokasikan pemkot. Menurut dia, nilai Rp 10 miliar sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai APBD Kota Surabaya. Nilainya masih 1 persen dari jatah anggaran tidak terduga yang disiapkan untuk force majeure.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya itu meminta agar anggaran tersebut ditambah. Itu bisa dipakai untuk percepatan pembangunan rusunawa yang belum selesai. ”Dipercepat pembangunannya dan nanti bisa dipakai tempat isolasi. Ini juga urgen, jadi harus disegerakan,” ucapnya.