Terjun ke Dunia Fotografi sejak 1972
Dilanjutkan ke Dunia Melukis
SURABAYA, Jawa Pos – Kegiatan di rumah saja seiring merebaknya virus korona memberi dampak positif tersendiri bagi Rasmono Sudarjo. Dengan banyaknya waktu di rumah, dia mengaku bisa fokus mempersiapkan karya besarnya untuk memperingati 50 tahun berkarya.
’’Jadi sekarang itu sehari-hari biasanya meditasi pagi, jalan pagi, terus berkarya sampai sore,’’ tuturnya saat ditemui di galerinya di Grand City pada Rabu (25/3). Rasmono adalah seniman yang terjun di dunia fotografi dan lukis. Untuk merayakan 50 tahun berkarya, dia membuat buku biografi tentang perjalannya menghasilkan karya. ’’Judulnya nanti Art Dream karena memang ini impian saya. Terus, nanti digelar pameran juga,’’ ujarnya.
Dalam mempersiapkan salah satu mimpinya itu, dia pun bercerita tentang kisahnya terjun di dunia seni. Pada 1972, dia terjun di dunia fotografi lebih dulu. ’’Pas tahun itu saya masuk ke perkumpulan seni foto Surabaya. Itu jadi kali pertama saya masuk komunitas,’’ ucapnya. Awal mulanya, dia tertarik karena sempat menekuni dunia arsitektur. Saat mau membuat sebuah bangunan, biasanya dia selalu memotret bangunan yang sudah ada dulu buat jadi inspirasi. Dari situ, akhirnya Rasmono mulai lebih serius menekuni dunia foto.
Setelah sudah terjun, pria sembilan cucu tersebut mengaku sangat menyukai fotografi seni. Sebuah foto yang sangat memperhatikan objek-objeknya agar bisa terlihat indah itu mempunyai daya tarik tersendiri baginya. ’’Dari awal sampai sekarang pun, ternyata nggak pernah berubah. Ya konsisten di fotografi seni itu,’’ jelasnya. Karena keindahan-keindahan tersebut, Rasmono akhirnya mencoba mengeksplorasi karyanya agar tidak hanya berakhir di media kertas foto. ’’Coba-coba lah ke media kanvas. Beberapa objek yang saya potret itu kemudian juga saya tuangkan di kanvas,’’ ungkapnya.
Dalam dunia lukis, Rasmono mempunyai cara sendiri untuk berkarya. Selain biasa mengabadikan karya fotonya ke kanvas, dia ternyata selalu mempersiapkan satu lukisan spesial tiap tahun untuk ikut pelelangan di Tiongkok. Dia lantas menyumbangkan hasil pelelangan tersebut sebagai donasi.
Sementara itu, lewat dunia foto, Rasmono berhasil mendapatkan 17 gelar. Prestasi-prestasinya pun tak kalah mentereng. Pria yang merupakan pensiunan notaris itu menuturkan berhasil meraih ranking ke-16 dunia dalam fotografi seni pada 1982. ’’Pas itu lagi sering banget ikut-ikut lomba. Akhirnya, pas ada lomba internasional, saya dapat ranking ke-16 dari 25 orang di dunia,’’ katanya. Ranking itu diberikan oleh Photography Society of Amerika.
Dari situ, kini pria kelahiran Palembang, 21 Oktober tersebut juga sudah bisa memberikan gelar untuk fotografer-fotografer yang mengikuti tes melalui komunitasnya. Di Nusantara Photo Club, Rasmono menjadi koordinator juri. ’’Karena di komunitasnya ini anggotanya seluruh dunia, jadi dapat izin buat bisa memberikan gelar foto. Tapi, ini juga masih baru sekali. Baru kami giatkan setengah tahun ini,’’ ujarnya.