Buka Galang Dana APD dan Donor Darah
Salurkan ke Klinik hingga Praktik Umum
SURABAYA, Jawa Pos – Penggalangan bantuan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan dilakukan berbagai pihak. Termasuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya. Penyaluran bukan hanya ke rumah sakit. Namun, juga ke para dokter yang membuka praktik mandiri.
Penggalangan bantuan APD tersebut dilakukan sejak 21 Maret lalu. Penggalangan itu dilakukan karena banyak kebutuhan APD bagi tenaga medis yang belum terpenuhi atau bahkan menipis. Bantuan yang diterima akan langsung disalurkan ke tenaga medis.
Beberapa bantuan yang digalang, antara lain, baju hazmat, safety goggles, sarung tangan, masker N95, sepatu bot, hand sanitizer, hingga disinfektan
Peralatan itu penting untuk mencegah paparan virus bagi para tenaga kesehatan.
Ketua IDI Surabaya Dr dr Brahmana Askandar SpOG(K) mengatakan, penggalangan APD tersebut melihat dari kebutuhan yang terus meningkat. Namun, suplainya sedikit. Karena itu, perlu diambil langkah untuk membantu mereka. ”APD tersebut untuk para dokter di garda terdepan pelayanan untuk masyarakat,” katanya.
Penggalangan bantuan itu memang mengkhususkan untuk bantuan fisik. Brahma menegaskan, pihaknya tidak menerima bantuan uang. Dengan begitu, pihaknya bisa lebih cepat untuk menyalurkan bantuan.
Ada beberapa elemen yang menjadi sasaran untuk penyaluran bantuan itu. Meliputi rumah sakit rujukan, non rujukan klinik, hingga dokter praktik umum. ”Pekan lalu kami sudah serahkan bantuan ke rumah sakit rujukan seperti RS Universitas Airlangga dan RSUD dr Soetomo,” paparnya.
Pekan depan giliran rumah sakit non rujukan, klinik, dan dokter umum praktik mandiri. Pertimbangannya, mereka termasuk yang berhadapan langsung dengan pasien yang terduga terjangkit Covid-19. Sebab, pemeriksaan pertama bisa jadi orang-orang tersebut merujuk pada ketiga elemen tersebut. ”Karena itu, IDI Surabaya menganggap APD juga diperlukan. Mereka berhadapan dengan pasien umum,” paparnya.
Selain penggalangan APD, IDI Surabaya membuka posko donor darah di kantor cabang. Sebab, kebutuhan darah juga tinggi, sedangkan pendonor menurun. Ada keengganan dari masyrakat karena imbauan social distancing dan tidak keluar rumah.
Brahma mengatakan, pendonor di IDI Surbaya bakal diperlakukan khusus. Jam donor diatur agar pendonor bisa digilir. ”Terbatas setiap jam hanya tiga orang,” jelasnya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk social ditancing dan antisipasi penyebaran virus.
Sementara itu, dukungan kepada pemerintah pun berdatangan. Hampir semua bentuk dukungan tersebut memberikan manfaat. Misalnya, bantuan yang diterima Gugus Tugas Pemprov Jatim pada Kamis (26/3). Bantuan itu datang dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Ada beberapa jenis bantuan yang diterima Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Antara lain, 100 set APD, 2 ribu masker, dan lebih dari 10 ribu perangkat rapid test atau tes cepat. Turut hadir pada penyerahan bantuan itu perwakilan pengusaha di Jawa Timur. Salah satunya, Alim Markus.
Pria yang juga pengurus Apindo Jatim itu berharap bantuan tersebut membantu pemerintah dalam menangani virus korona. Sebagian besar bahan yang diserahkan tersebut impor dari Tiongkok. ”Kami sangat senang bisa menjadi bagian dari penanganan masalah ini,” ucapnya.
Bantuan yang diberikan memang sedang dibutuhkan para tenaga kesehatan yang menangani langsung pasien atau warga dengan keluhan. APD di Jawa Timur terbatas. Sebelumnya, pemerintah pusat mengirimkan 10 ribu APD untuk didistribusikan ke rumah sakit rujukan. Jumlah itu belum cukup.
Pemprov juga menerima bantuan perangkat rapid test dari pemerintah pusat. Jumlahnya hanya 8.400 set. Bantuan dari Tzu Chi menambah kuota rapid test yang dimiliki Jawa Timur. Total lebih dari 18.400. ”Semua sudah kami distribusikan ke daerah dan rumah sakit rujukan di Jawa Timur,” kata Gubernur Khofifah.