Rawat Dua PDP di Ruang Isolasi
SURABAYA, Jawa Pos – Sudah tiga hari ini Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS) Jemursari membuka poli khusus Covid-19. Dalam kurun waktu tersebut, terdapat 52 orang yang menjalani pemeriksaan di sana.
’’Kebanyakan datang dengan gejala ringan. Mereka tidak punya riwayat kontak dengan penderita korona. Rata-rata sudah tinggal di rumah. Tapi, mereka khawatir dan meminta diskrining,’’ terang dokter Achmad Jauhari Firdaus, tenaga medis di poli khusus tersebut.
Dia menjelaskan, gejala ringan itu, antara lain, batuk ringan atau batuk yang tidak intens maupun keluhan nyeri tenggorokan. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan tensi atau tekanan darah serta pengecekan paru-paru, mata, tenggorokan atau disebut cek fisik secara menyeluruh. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan foto toraks untuk melihat kondisi paru-paru. Hasilnya bisa diketahui dengan menunggu kurang lebih satu jam.
Achmad menyebutkan, rata-rata pasien skrining datang perseorangan. Ada yang merupakan pasangan suami istri. ’’Ada juga pekerja yang pulang dari Malang minta skrining. Sebab, dia membutuhkan surat pengantar untuk bisa masuk kerja lagi di kantornya,’ imbuhnya.
Sampai saat ini, total ada 52 orang yang menjalani skrining. Selama tiga hari, jumlah pasien yang datang pun terbilang meningkat. Pada hari pertama 12 orang, hari kedua 15 orang, dan hari ketiga 25 orang yang diskrining. Total ada dua dokter dari UGD yang berjaga bergantian dua hari sekali. Mereka dibantu satu perawat, radiografer, dan petugas laboratorium.
’’Memang hanya ada dua dokter yang ditugaskan di poli khusus itu, termasuk saya, supaya tidak banyak yang terpapar,’’ ungkapnya.
Dari skrining tersebut, dua orang yang dinyatakan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) dirawat di ruang isolasi. Sementara itu, orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 11 orang dan PDP ringan 1 orang. Dua status terakhir diperbolehkan pulang untuk menjalani karantina mandiri selama 14 hari di dalam rumah.
’’Kalau dari hasil laboratorium ada tanda pneumonia, kami langsung berkonsultasi dengan dokter paru untuk menentukan orang tersebut masuk kriteria ODP atau PDP,’’ jelasnya.
Achmad menyarankan orang yang sudah berada di rumah untuk tidak panik. ’’Kalau tidak ada kriteria itu, saran saya nggak usah skrining. Dengan begitu, skrining diprioritaskan pada orang-orang yang memang membutuhkannya karena ada faktor risiko dan gejala,’’ ungkapnya.