Dorong Pemulangan Atlet Pelatnas
Demi Menghemat Anggaran Negara
JAKARTA, Jawa Pos – Efisiensi anggaran pemerintah terhadap sektor olahraga membuat nasib pelatnas kembali terkatung-katung. Karena Olimpiade Tokyo 2020 dimundurkan, kejuaraan-kejuaraan juga dibatalkan, memang tidak ada urgensi menggelar pelatnas saat ini. Apalagi, atlet sulit berlatih di tengah wabah virus korona baru yang meluas di Indonesia.
Karena itu, ada usul dari pemerintah untuk memulangkan atlet ke daerah masing-masing sementara waktu. Djoko Pekik Irianto, ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori), sepakat dengan usul tersebut. Dia menilai memulangkan atlet dari pelatnas bisa menekan anggaran. Dengan begitu, anggaran negara bisa difokuskan untuk melawan pandemi Covid-19.
Selain itu, dia menilai pelatnas mengurangi berbagai kegiatan yang tidak berkaitan dengan program peningkatan prestasi. Misalnya, halhal yang bersifat seremonial. ‘’Karena kebijakan ini sifatnya nasional, perlu dipatuhi semua kementerian/lembaga,’’ tutur Djoko kemarin.
Kalaupun masih ada yang harus berlatih keras, jatah itu lebih baik diberikan kepada atlet yang benarbenar berpeluang lolos ke Olimpiade.
Djoko berharap cabor-cabor memulangkan atlet yang peluangnya lebih kecil. Terlebih, mayoritas atlet di pelatnas saat ini juga menjadi bagian dari tim puslatda proyeksi PON XX/2020 Papua.
Tanpa imbauan dari pemerintah, sebenarnya cabor-cabor lebih dulu memulangkan atlet. Motivasinya memang bukan menghemat anggaran. Namun, lebih menjaga keselamatan atlet selama wabah virus korona baru menyerang. Misalnya, yang dilakukan tim atletik. Tiga atlet yang diproyeksikan tampil di Olimpiade, yakni Lalu Muhammad Zohri, Sapwaturrahman, dan Emilia Nova, dikembalikan ke daerah masingmasing sejak pekan lalu.
Sekjen PB FORKI Raja Sapta Ervian juga menyebutkan bahwa pihaknya sudah memulangkan atlet ke daerah. Mereka menunda pelatnas sampai wabah berlalu. Dan jika sudah ada kepastian kapan event kualifikasi Olimpiade dilanjutkan. ‘’Kami tunda pelatnas karena imbauan pemerintah. Selain itu, banyak event internasional yang ditunda. Jadi, kami tidak ada masalah,’’ kata Ervian.
Karena dipulangkan ke daerah, PB FORKI menyerahkan kebijakan pelatihan ke puslatda masing-masing. Mereka tidak memberikan program maupun pendampingan. Ada atlet yang berlatih secara mandiri, ada juga yang masih melakukan sentralisasi. Ervian mengakui memang ada kerugiannya. Tapi, saat ini dia tidak punya pilihan.
Pelatnas voli pantai yang baru berjalan sejak 1 Maret juga harus dibubarkan. Besok (31/3) para atlet yang berlatih di Padepokan Voli Jenderal Polisi Kunarto, Sentul, Bogor, dikembaikan ke daerah masing-masing. Sebelumnya, Ade Chandra Rachmawan dkk berencana terjun di AVC Beach Volleyball Continental Cup pada 25−28 Juni di Wuhan sebagai kualifikasi terakhir menuju Olimpiade.
Dianberharappenghentianpelatnas tidak lama. Jika lama tidak berlatih, bukan hanya kondisi fisik atlet yang menurun,melainkanjugapsikologisnya. Tapi, untuk melanjutkan pelatnas, pihaknya masih menunggu konfirmasi Kemenpora. Dia memastikan tidak melakukan latihan terpusat seperti saat di padepokan voli sebelumnya.
’’Kalau pelatnas lanjut, kami bisa memakai sistem latihan long distance supervision. Jadi, bisa diterapkan di daerah masing-masing. Laporan latihan bisa menggunakan video. Latihan bisa tetap berjalan,’’ bebernya.