Minta Perusahaan Perketat Protokol
Sepekan, Dua Klaster Industri Muncul
SURABAYA, Jawa Pos − Jumlah pasien yang dinyatakan positif coronavirus disease (Covid-19) di wilayah Jatim masih melonjak. Bahkan, sepekan terakhir kenaikannya cukup drastis.
Dari evaluasi tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Jatim, ada sejumlah faktor yang jadi pemicu utama. Salah satunya adalah belum maksimalnya penerapan protokol kesehatan di lingkungan industri serta masih longgarnya pemantauan di pusat keramaian.
Kondisi itu bukan tanpa alasan. Sebab, penambahan pasien baru positif Covid-19 berasal dari sejumlah klaster industri dan pusat keramaian, terutama pasar. ”Karena itu, harus ada penerapan standar protokol kesehatan yang lebih ketat,” kata Ketua GTPPCovid-19 Rumpun Tracing dr Kohar Hari Santoso kemarin.
Temuan terbaru terjadi di sebuah pabrik pengolahan tembakau di Tulungagung. Pemicunya berawal dari seorang karyawan yang sakit. Setelah diperiksa, ternyata positif korona. Selama itu pula, dia diketahui masih beraktivitas.
Dari situ, tim tracing melakukan penelusuran. Hasilnya, ada 214 orang yang kontak dekat. Mereka sudah menjalani rapid test. Sebanyak 17 orang dinyatakan reaktif. Mereka berasal dari Kabupaten/ Kota Kediri serta Tulungagung. Tim tracing sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Para karyawan menjalani isolasi mandiri.
Temuan itu hampir mirip dengan yang terjadi di pabrik rokok Sampoerna, Surabaya. Berawal dari dua karyawan yang dinyatakan positif, saat ini 46 karyawan lain dikarantina di hotel. Sisanya menjalani perawatan di rumah sakit.
Kohar mengatakan, sebenarnya saat ini mayoritas perusahaan di wilayah Jatim sudah melaksanakan program K3 (keselamatan dan kesehatan kerja). Namun, dia meminta diperketat. ”Program itu penting. Perusahaan harus memperhatikan kondisi lingkungan. Karyawan sakit harus segera ditindaklanjuti,” tegasnya.
Selain itu, GTPP Covid-19 meminta perusahaan-perusahaan di wilayah Jatim agar selalu berkoordinasi dengan tim gugus tugas. ”Dengan begitu, penanganan kasus bisa dilakukan secepatnya,” katanya.
Yang juga jadi bahan evaluasi GTPP Covid-19 Jatim adalah pemantauan di wilayah-wilayah keramaian. Sejumlah potensi klaster baru di Jatim berasal dari sana, terutama pasar.
Misalnya, yang terjadi di Kabupaten Malang. Tepatnya di wilayah Ngantang dan Pujon. Dari informasi yang dihimpun, persebaran virus itu berasal dari seorang pedagang yang sering melakukan perjalanan Surabaya−Malang PP. Dia berstatus OTG (orang tanpa gejala). Saat terjangkit virus, dia berinteraksi dengan banyak orang. Sejauh ini, sudah ada 42 orang yang harus menjalani swab test.
Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Rumpun Kuratif dr Joni Wahyuhadi mengatakan, para OTG juga patut diwaspadai. Terutama di pusat keramaian. ”Secara umum, mereka terlihat sehat dan tidak ada gangguan medis. Tapi, hasil tes mereka positif. Karena itu, protokolnya harus lebih ketat,” tegasnya.