Kompetisi Terhenti, Jualan Es Buah
JAKARTA, Jawa Pos – Tangannya terlihat tidak begitu terampil ketika mengikat es buah dagangannya tiap ada pembeli. Butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan satu ikatan saja. Hal itu menunjukkan bahwa pria 36 tahun yang sejak Ramadan ini menjajakan es buah di sekitar Kalideres, Jakarta Barat, itu baru menekuni bisnis es buah.
Tapi, dari perawakannya, pria bernama Marjukih tersebut cukup atletis. Tubuhnya tegap kekar. Bahkan masih terlihat otot-otot yang menandakan bahwa dirinya kerap berolahraga. Kerap menjaga kondisi badan.
Ya, Marjukih memang baru menekuni bisnis es buah tersebut. Sebelumnya, dia merupakan wasit nasional. Kerap memimpin pertandingan Liga 2 musim lalu.
Pandemi korona membuatnya harus rela menggantung jersey wasit untuk sementara. Ditundanya kompetisi Liga 1 dan Liga 2 membuatnya langsung jadi penganggur. Tak mau berdiam diri tanpa penghasilan, bersama sang istri, Marjukih terpaksa turun berjualan es buah selama Ramadan kali ini untuk memenuhi kebutuhan hidup. ’’Ya, karena sekarang pandemi, mau tidak mauberalihprofesidulu,’ tuturnya.
Marjukih merupakan satu di antara sekian banyak kisah miris wasit nasional yang langsung jadi penganggur selama pandemi korona. Belum ada asosiasi yang menaungi dengan baik plus masih berstatus freelance di sepak bola Indonesia, otomatis tidak ada pertandingan membuat para wasit pun kelimpungan. Bahkan, wasit sekelas FIFA seperti Thoriq Alkatiri juga mengalami hal serupa dan hanya mengadalkan tabungan untuk bertahan hidup selama korona.
Kisah miris itu disikapi petinggi PSSI. Wakil Komite Wasit PSSI Hasani Abdulgani yang juga menjabat komisaris PT LIB mengaku tengah mengupayakan agar kompetisi musim ini tidak serta-merta berhenti permanen seperti yang diinginkan mayoritas klub.
Hasani getol mengusulkan agar kompetisi musim 2020 diteruskan. Yakni, dimulai lagi pada September mendatang. ’’Jika September nanti dipakai PSSI untuk kompetisi khusus, nanti operatornya bisa bukan LIB,’’ katanya.
Dia menyatakan, saat ini pihaknya masih menunggu kepastian dari PSSI soal kelanjutan kompetisi. Apakah tetap meneruskan rencana dari Ketua PSSI Mochamad Iriawan soal kompetisi khusus pada September mendatang atau ikut sarannya meneruskan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 September mendatang seperti yang dilakukan mayoritas negara di kawasan ASEAN.
Jika opsi meneruskan kompetisi dilakukan, nasib para wasit tersebut bisa diselamatkan. Sebab, jika hanya melakukan kompetisi khusus seperti rencana dari LIB, wasit-wasit yang ada saat ini tidak bisa berkontribusi secara keseluruhan. Artinya, waktu jadi penganggur para wasit itu kian panjang.
Keputusan memberikan tunjangan atau gaji wasit memang sepenuhnya berada di tangan PSSI, bukan kewajiban dari komite wasit. Hasani menerangkan, komite wasit hanya bekerja pada persoalan teknis di lapangan. ’’Wasit itu juga warga negara Indonesia, harusnya mereka juga mendapat tunjangan darurat dari pemerintah ya,’’ harapnya.
Sementara itu, anggota Exco PSSI Vivin Cahyani Sungkoni berjanji, pada rapat internal PSSI pekan ini, dirinya akan memperjuangkan nasib wasit nasional. Dia akan berupaya mencari solusi agar para wasit ini tetap mendapat pemasukan selama pandemikorona.’Jujur,sampaisaat inimemangbelumadapembicaraan atau apa pun itu terkait nasib para wasit,’ katanya.