Permudah Izin Pendirian RS Darurat
PEMERINTAH Kota Surabaya menjalin kerja sama dengan dua rumah sakit di Gubeng dan Darmo untuk menambah ruang perawatan bagi pasien terkait dengan Covid-19. Indikasi, overload pasien Covid19 kian nyata.
Data dari Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 di Surabaya menunjukkan, total kapasitas tempat tidur untuk ruang isolasi di Surabaya sebanyak 403 bed. Sementara itu, ada 798 orang yang masuk rumah sakit. Dengan begitu, ada overload kapasitas 395 orang
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Surabaya M. Fikser menjelaskan, memang ada overload jumlah pasien yang seharusnya masuk di rumah sakit. Pemkot pun bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk menambah kapasitas.
’’Ada dua rumah sakit swasta di Gubeng dan Darmo yang bersedia membangun rumah sakit darurat dari bangunan semipermanen untuk merawat warga Surabaya. Pemkot membantu mempermudah izinnya,’’ ungkap Fikser kemarin (4/5). Selain itu, ada pembebasan biaya retribusi perizinan untuk rumah sakit tersebut. Langkah itu dilakukan untuk mempermudah agar pasien-pasien yang membutuhkan perawatan bisa segera tertangani.
Selama ini, memang ada pasien yang harus melakoni rawat jalan. Meskipun, orang tersebut terkonfirmasi positif mengidap Covid-19. Misalnya, pada 1 Mei tercatat ada 353 pasien yang dirawat. Dari jumlah tersebut, 140 pasien rawat jalan, 183 pasien rawat inap, dan 30 pasien dirawat di hotel.
’’Bu Wali Kota ingin semua yang rawat jalan masuk ke rumah sakit supaya penularan bisa selesai. Tapi, kan kita tahu juga bahwa kapasitas rumah sakit terbatas. Bukan sekadar ruangannya, tapi fasilitas penunjangnya,’’ ungkap dia.
Pilihan lain pemkot adalah menambah kapasitas tempat tidur di rumah sakit itu. Pemkot membantu rumah sakit swasta untuk penambahan bed tersebut.
Dua rumah sakit daerah milik Pemkot Surabaya pun tak luput dari penambahan kapasitas tempat perawatan untuk pasien Covid-19. RSUD Bhakti Dharma Husada yang sebelumnya berkapasitas 20 bed akan ditambah 30 bed sehingga menjadi 50 bed. Di RSUD dr M. Soewandhie, dari semula 22 bed menjadi 40 bed.
Jadi, ada penambahan 18 bed.
Selain itu, Pemkot Surabaya berkoordinasi dengan dua hotel di Surabaya sebagai tempat isolasi untuk orang dalam pemantauan dan orang tanpa gejala. Mereka tak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah sehingga dibantu pemkot dengan ditempatkan di hotel. Total ada 265 kamar yang disiapkan. Hingga kemarin, ada 36 orang yang sudah menempati.
’’Ada pula keluarga pasien yang ditempatkan di hotel. Karena ada yang positif, keluarga ini yang dipindah. Kalau yang sakit di hotel, hotel yang tidak mau,’’ jelas Fikser.
Sementaraitu,KetuaPerhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur Dwi Cahyono mengungkapkan, penggunaan fasilitas hotel untuk ruang isolasi mandiri bisa menaikkan tingkat okupansi hotel sekitar 5 persen. Sebelumnya, okupansi hotel kurang dari 10 persen. ’’Okupansi bisa naik. Meski belum bisa untuk menutup operasional,’’ ujar Dwi kemarin.
Banyak cara yang ditempuh agar bisnis hotel di Jawa Timur bisa bertahan di tengah pandemi Covid19. Terutama di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Mereka pun menyebarkan promo-promo long stay di hotel, mulai satu pekan, dua pekan, hingga satu bulan. Tawaran tersebut disebar di perusahaan-perusahaan yang punya bisnis di Jawa Timur.
’’Ada yang tak bisa diselesaikan hanya lewat telekonferensi jarak jauh. Maka, kami tawarkan hotel bisa dijadikan kantor juga. Agar mudah untuk berkoordinasi,’’ ungkap dia.
Dwi berharap pandemi Covid19 ini berakhir. Sebab, banyak orang yang terdampak secara langsung dari musibah tersebut. Misalnya, ada karyawan yang dirumahkan. Jumlah hotel yang tutup sementara sekitar 190 hotel dari bulan lalu sekitar 170 hotel di Jawa Timur. ’’Semoga Covid-19 ini bisa segera sirna,’’ harapnya. bed.