Pisahkan Penanganan Bayi Sehat dan Sakit
Untuk Cegah Penularan di Masa Pandemi
SURABAYA, Jawa Pos – Di tengah pandemi Covid-19, penanganan terhadap bayi memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut membuat rumah sakit dan tenaga medis merancang penanganan terbaik agar bayi yang rentan penularan virus bisa tetap aman. Ada beberapa strategi yang mesti dijalankan baik oleh tenaga medis dan orang tua.
Pada penanganan kelahiran, misalnya. Ibu yang hendak melahirkan harus menjalani rapid test sebagai skrening awal. ”Jadi, begitu masuk, kami lakukan pengambilan darah sang ibu,” ucap Rinto Adi Surya, kepala divisi marketing RSIA Lombok Dua Dua Lontar.
Hal itu bertujuan untuk memastikan tindakan apa yang harus dijalankan tenaga medis dan calon ibu. ”Petugas kami pastikan mengenakan APD lengkap untuk meminimalkan penularan. Baik dari dokter penolong maupun timnya,” ucap Rinto.
Tindakan serupa dijalankan National Hospital. Dokter Hendera Henderi SpOG mengatakan, urgensi rapid test didorong oleh data ibu hamil tanpa gejala yang positif Covid-19. ”Angkanya sampai 13,7 persen ibu hamil ternyata positif Covid-19 tanpa gejala lho,” ucapnya saat ditemui kemarin. Karena itu, rapid test dilakukan untuk mengetahui penanganan terbaik setelahnya.
Jika ibu hamil ternyata didapat hasil positif, maka akan diarahkan pada tindakan operasi Caesar. ”Kan nggak mungkin ngeden ngosngosan dengan masker,” jelasnya. Dengan tindakan operasi, cairan tubuh yang berpotensi membawa virus bisa dikontrol tenaga medis. Penggunaan APD lengkap dan sterilisasi ruang operasi sesuai standar dijalankan untuk meminimalkan penularan.
Usai bayi dilahirkan, penanganan bayi juga perlu dicermati. Dr Achmad Yuniari Heryana SpA membagi beberapa tip yang perlu dijalankan orang tua. ”Selain gaya hidup sehat, penggunaan face shield mesti diperhatikan,” tutur pria yang akrab disapa Boy itu. Bayi memang belum boleh dipakaikan masker sehingga penggunaan face shield sangat disarankan saat anak dibawa keluar rumah. Apalagi rumah sakit.
”Anak yang sudah di rumah, lalu ke rumah sakit, misalnya saat sakit untuk berobat, atau dalam kondisi sehat untuk vaksin,” paparnya. Untuk dua kondisi itu, anak sebaiknya mengenakan face shield. Jika tidak punya, orang tua juga bisa memberikan alternatif bedong yang memiliki penutup kepala hingga sebagian wajah.
Dalam penanganan bayi, tenaga medis harus mengenakan APD level 2. Di antaranya, penutup kepala, masker, goggle, sarung tangan, hingga gown. Selain itu, penanganan bayi yang sehat dan sakit dilakukan di ruang terpisah. ”Misalnya, untuk vaksin saja dibuat pop-up clinic, sedangkan yang sakit tetap ke poliklinik,” jelasnya.