Jajal Berjualan Online atau lewat Telepon
Upaya Pedagang Selama Pasar Simo Ditutup
SURABAYA, Jawa Pos − Dari kejauhan, pedagang yang akrab disapa Hajah Nasih itu terlihat membereskan beberapa dagangan di lapaknya, Pasar Simo, Sukomanunggal, kemarin siang (8/5). Sebagaimana diberitakan, pasar di Jalan Simo Magersari itu ditutup selama 14 hari sejak Kamis (7/5) pukul 12.00 hingga 20 Mei mendatang.
Penutupan itu dilakukan setelah diketahui ada dua pedagang, suami istri, yang berjualan di Pasar Simo dan Pasar Simo Gunung meninggal dengan status positif Covid-19. Setelah diumumkan pasar ditutup sementara, pedagang diberi waktu untuk membereskan dagangan di kios masing-masing. Sebagian pedagang juga menjalani rapid test.
Bagi Nasih, penutupan pasar berdampak besar terhadap siklus perekonomiannya. Perempuan yang menjual bermacam bahan pelengkap minuman itu mengaku rugi lantaran baru saja kulakan dalam jumlah besar. Salah satunya kolang-kaling. ”Kolang kaling ini 1 kuintal. Nilai belinya Rp 1 juta lebih,” tuturnya saat ditemui kemarin (8/5).
Padahal, dia optimistis bakal meraup keuntungan yang lumayan pada bulan Ramadan. Biasanya, lanjut Nasih, kolang-kaling diburu pelanggan untuk takjil berbuka puasa.
Dia mencari cara agar kolangkalingnya bisa terjual. ”Paling nanti saya jual lewat telepon,” ucapnya. Selain kolang-kaling, Nasih juga menjual roti tawar. Beberapa tumpuk roti tawar berbentuk balok disisihkannya di atas meja dagangan. Plastik pembungkusnya masih rapi.
Nasih menyebutkan, penutupan pasar terkesan mendadak. Pedagang tidak diberi informasi jauh hari mengenai penutupan tersebut. ”Tahu-tahu, Kamis pagi (7/5) dikasih tahu mulai siang nanti pasar tutup 14 hari. Saya bingung, lah bagaimana ini?” ujarnya.
Sementara itu, Camat Sukomanunggal La Koli mengatakan, penutupan pasar tidak memiliki maksud terselubung. Semua murni untuk pemutusan rantai persebaran Covid-19. ”Demi kebaikan bersama juga,” katanya.
Dia menegaskan, aktivitas jual beli dapat dilakukan secara online. Pemerintah tak melarang berjualan, tapi jangan di pasar. ”Silakan lewat online,” tambahnya. Dari pantauan Jawa Pos, sekitar pukul 10.23, beberapa lapak menempelkan kertas yang bertulisan, ’’layanan pembelian melalui online.’’ Ada nomor telepon pedagang yang tercantum di kertas tersebut.
Koran ini menghubungi salah seorang pedagang yang mencantumkan nomor telepon di kertas yang ditempel tersebut. Pedagang yang mengaku bernama Jayadi itu menyebutkan, pembelian secara online tak seperti di lapak pasar. Dia mengatakan, mayoritas yang membeli dagangannya bukan pelanggan di pasar. ’’Ya, saya jual ke teman-teman lewat WhatsApp itu. Anak saya yang bantu mayokne (memasarkan, Red) di WhatsApp. Saya nggak bisa,” tuturnya.
Pedagang daging itu berharap ada keringanan iuran sewa bulanan untuk lapak di pasar. Sebab, lanjut dia, penutupan pasar selama 14 hari berdampak signifikan. ”Tiga hari sebelum hari raya kalau nggak salah boleh buka lagi. Ya, semoga saat buka langsung ramai,” tambah pedagan 47 tahun itu.
Menurut data PD Pasar Surya, jumlah pedagang di Pasar Simo mencapai 189 orang. Selama ini, protokol kesehatan tangkal Covid-19 sudah disosialisasikan. Antara lain, banner yang berisi peringatan untuk wajib memakai masker. Pasar rutin disemprot disinfektan. Tersedia pula sarana cuci tangan dan hand sanitizer. Sejak ditutup (7/5), pasar dipasangi garis dilarang melintas.