Arab Saudi Umumkan Perampingan Anggaran
RIYADH, Jawa Pos − Arab Saudi akhirnya menyerah terhadap tekanan yang dihadapi dalam industri minyak bumi dunia. Kemarin (11/5) mereka mengumumkan perampingan anggaran serta penambahan pajak bagi masyarakat.
Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan memaparkan, pemerintah bakal menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) tiga kali lipat mulai 1 Juli. ’’Selain itu, kami memutuskan untuk menghentikan subsidi biaya hidup per Juni 2020,’’ ungkapnya sebagaimana yang dilansir New York Times.
Paket kebijakan ekonomi tersebut disertai efisiensi anggaran terhadap lembaga-lembaga negara. Bahkan, proyek Vision 2030 milik Putra Mahkota Muhammad Bin Salman (MBS) pun ikut mengalami penyesuaian. Semua upaya itu diharapkan bisa menambah pendapatan negara hingga 100 miliar riyal (Rp 397 triliun).
Jadaan memaparkan bahwa keputusan tersebut perlu diambil untuk mengatasi tekanan yang ada. Tekanan terbesar yang dialami negara Timur Tengah itu adalah anjloknya harga minyak internasional. Meski sudah berusaha diversifikasi industri, industri minyak dan gas (migas) masih menyumbang 70 persen dari pendapatan Arab Saudi.
Tekanan tersebut ditambah lagi dengan kondisi dunia di tengah pandemi Covid-19. Wabah yang sudah menjangkiti 39 ribu penduduk Arab Saudi itu memaksa pemerintah menutup sebagian besar kegiatan ekonomi. Termasuk kegiatan haji dan umrah. ’’Saat ini kita menghadapi krisis yang belum pernah ditemui. Krisis yang disertai ketidakpastian,’’ ujar Jadaan.
Defisit anggaran Arab Saudi muncul sejak harga minyak turun pada 2014. Namun, pukulan yang diterima tahun ini cukup telak. Pemerintah sudah menyatakan bakal meminjam USD 60 miliar untuk menutup defisit anggaran tahun ini. International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi di kerajaan tersebut berkurang 2,3 persen pada 2020.
Sementara itu, pakar memprediksi bahwa kebijakan tersebut memancing kemarahan masyarakat Arab Saudi. Sebab, Arab Saudi juga melakukan proyekproyek besar pada masa pandemi. Terakhir, mereka dikabarkan berusaha mengakuisisi klub sepak bola Newcastle United.
’’Warga Arab Saudi perlahan merasakan dampak dari wabah Covid-19. Otomatis, mereka pasti akan mengkritik pemerintah yang menghabiskan uang negara di saat rakyat sedang kesulitan,’’ ujar Yasmine Farouk, pakar Timur Tengah di Carnegie Endowment for International Peace, kepada Agence FrancePresse.