Klaster Baru Muncul di Wuhan
Kasus Naik setelah Karantina Longgar
WUHAN, Jawa Pos – Covid-19 ibarat roller coaster. Kurvanya terus-menerus naik turun. Hingga kemarin (11/5), belum ada satu negara pun yang bebas setelah terjangkit virus tersebut. Di beberapa negara, kebijakan mulai dilonggarkan. Namun, di beberapa lainnya, virus mematikan tersebut justru sedang merajalela.
Wuhan, Hubei, Tiongkok, yang sebelumnya berhasil lepas dari virus kembali harus berjuang dengan SARS-CoV-2. Minggu (10/5) ada lima kasus baru di kota yang menjadi awal mula munculnya Covid-19 itu. Kasus tersebut adalah yang pertama sejak 3 April.
Karantina di Wuhan mulai dilonggarkan baru-baru ini dan anak-anak mulai kembali ke sekolah. Penularan baru itu langsung membuat panik penduduk. Mereka takut gelombang penularan kedua bakal terjadi.
’’Saya merasa sedikit rileks dan kini penularan itu mulai lagi. Saya mulai panik lagi,’’ ujar salah satu warganet di Wuhan sebagaimana dikutip The Guardian.
Klaster penularan baru juga ditemukan di tiga provinsi yang berbatasan dengan Rusia dan Korea Utara (Korut). Yaitu, tiga di Jilin dan masing-masing satu di Heilongjiang dan Liaoning. Penularan di Kota Shulan, Jilin, dianggap berisiko tinggi karena tidak terlacak dari mana penularannya. Seorang perempuan 45 tahun telah tertular. Padahal, dia tidak memiliki riwayat bepergian ke luar provinsi ataupun kontak dengan orang yang baru kembali dari luar negeri dan daerah terjangkit.
Gara-gara kasus tersebut, Shulan ditutup. Sekolah online kembali diberlakukan. Semua transportasi umum dihentikan. Taksi tidak boleh keluar masuk. Fasilitas umum seperti bioskop, perpustakaan, gedung olahraga, dan taman ditutup.
Nasib tak jauh beda dialami Korsel. Rencana membuka kembali sekolah-sekolah pada pekan ini terpaksa diundur. Itu gara-gara pria 29 tahun terdeteksi positif. Padahal, pria tersebut berkunjung ke lima kelab malam di Itaewon, Seoul. Sebanyak 86 orang sudah tertular dan ribuan lainnya dalam pengawasan dan pelacakan.
Sementara itu, di Jepang, pemerintah justru berencana melonggarkan kebijakan terkait Covid-19. Status darurat di beberapa wilayah akan dicabut pekan ini. Tapi dengan catatan, jika penularan virus SARSCoV-2 berhasil dikontrol. Jepang ingin secara bertahap aktivitas perekonomian kembali bergeliat.
Negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe itu menerapkan status darurat di 47 prefektur. Kebijakan tersebut seharusnya selesai akhir Mei. Namun, jika situasi memungkinkan, bisa dimajukan pada 14 Mei.
Jepang berusaha sedapat mungkin menghindari ledakan penularan. Terutama di kota-kota besar. Saat ini lebih dari 90 persen fasilitas untuk pasien Covid-19 di Tokyo telah terisi. Kemarin total ada 15.777 kasus dan 624 kematian di Jepang. Tidak ada penambahan kasus dan korban meninggal baru. ’’Kita mampu menangani ini menuju akhir,’’ ujar Abe dalam sidang parlemen yang merujuk pandemi Covid-19.
Di negara-negara Eropa, kasus penularan juga menunjukkan tren menurun. Minggu lalu kematian akibat Covid-19 di Prancis ’’hanya’’ 70 orang. Itu terendah sejak awal April. Di Spanyol, angka kematian harian bertahan di bawah 200 orang. Negara tersebut pernah mencapai rekor 950 orang meninggal dalam sehari.